Arsitektur
Pembangunan Kelautan
Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia (Archipelagic State in the world),
memiliki potensi dan kekayaan laut meliputi Perikanan, Pariwisata Bahari,
Energi Terbarukan (antara lain : arus laut, pasang surut, gelombang laut, Ocean
Thermal Energy Convertion), Mineral di Dasar Laut, Minyak dan Gas Bumi,
Pelayaran, Industri Maritim, dan Jasa Kelautan yang diperkirakan mencapai
nilai US$ 171 milyard per tahun. Akan tetapi belum mendapatkan perhatian yang
serius dari pemerintah dan masyarakat, dapat terlihat bidang kelautan belum
dijadikan pengarusutamaan (mainstreaming) pembangunan Nasional. Sesungguhnya
potensi yang ada di laut dapat diibaratkan sebagai “Sleeping Giant” (raksasa
sedang tidur). Untuk itu perlu dioptimalkan secara maksimal dan berkelanjutan
dengan pola pengelolaan Blue Economy.
Dalam
pemaparannya pada kuliah umum ini Dedy menyampaikan bahwa Indonesia merupakan
negara kepulauan terbesar di dunia dengan presentase wilayah lautnya sebesar
70% dan selebihnya 30% merupakan wilayah daratan dengan potensi bidang kelautan
mencapai US$ 171.000.000.000/tahun, dimana menurut Prof. Firmanzah, PhD (Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2012) “Sumber daya laut Indonesia
diperkirakan dapat mencapai ± Rp. 3000 triliun/tahun”. Melihat begitu besarnya
potensi sumber daya laut Indonesia maka Pembangunan Kelautan dan Perikanan
kedepannya harus dengan penerapan mindset Kelautan, tidak hanya fokus pada
mindset Agraria yang selama ini diterapkan.
Pembangunan
Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019 harus disesuaikan dengan hasil
analisis dan penetapan Isu Strategis yang sedang berkembang saat ini meliputi:
Pemantapan Ketahanan Pangan, Peningkatan Kesejahteraan, Peningkatan Daya Saing,
Pembangunan Kelautan, dan Pembangunan Berkelanjutan. Dari hasil analisis Isu
Strategis ini, kemudian dijadikan dasar pembuatan Arah dan Kebijakan
Pembangunan Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019.
Arah
dan Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019 yang telah
disusun berdasarkan Isu Strategis tersebut mencakup (1) Peningkatan produksi
perikanan untuk pemantapan ketahanan pangan nasional; (2) Peningkatan
kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan; (3) Peningkatan daya saing dan
nilai tambah produk kelautan dan perikanan; (4) Pendayagunaan potensi ekonomi
kelautan; (5) Pemantapan keberlanjutan pembangunan kelautan dan perikanan dan
(6) Peningkatan kompetensi dan kapasitas SDM KP serta inovasi IPTEK Kelautan
dan Perikanan.
Pembangunan
Kelautan dan Perikanan Tahun 2015 – 2019 untuk mewujudkan Negara Maritim
menurut Undang – Undang No. 17 Tahun 2007 dapat dilakukan dengan merubah
mindset pembangunan menjadi mindset kemaritiman yang didukung oleh empat pilar
meliputi budaya Bahari, Tata Kelola Laut, Ekonomi Kelatan, Pertahanan, Keamanan
dan Keselamatan di Laut dan Lingkungan Laut. Pada akhirnya akan mewujudkan
Indonesia Menjadi Negara Kepulauan Yang Mandiri, Maju, Kuat, dan Berbasiskan
Kepentingan Nasional. Hal ini sesuai dengan Visi Indonesia 2025: Indonesia Yang
Mandiri, Maju, Adil dan Makmur yang tertuang dalam UU No.17 Tahun 2007.
Menurut
Dedy, Arsitektur Pembangunan Kelautan yang ditawarkan adalah menjadikan
Kedaulatan sebagai pondasi dasar dalam pembangunan yang didukung menjadikan
Kelautan sbg Pilar Ekonomi Nasional yang terdiri dari empat ponasi utama yaitu
Sumber Daya Kelautan, Habitat, SDM, dan Teknologi berdasar Peraturan
Perundang-undangan yang tidak tumpang tindih. Dengan demikian akan mewujudkan
kesejahteraan Indonesia Menjadi Negara Kepulauan Yang Mandiri, Maju, Kuat, dan
Berbasiskan Kepentingan Nasional (UU No.17 Tahun 2007). Dapat disimpulkan bahwa
dalam Penyusunan Arsitektur Pembangunan Kelautan dan Perikanan meliputi Item
Arsitektur, Isu Strategis, Masalah yang Timbul dan Kebijakan yang Dibutuhkan
sehingga outputnya adalah adanya peruntukan/manfaat bagi rakyat, pengusaha,
negara, dan alam. Namun pada pelaksanaannya, harus ada pembagian peran/tugas
terhadap kebijakan yg telah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten.
Pada kuliah umum ini pula Dedy
menyampaikan bahwa, dalam Pembangunan Kelautan dan Perikanan peran dan
kontribusi Penyuluh Perikanan sangatlah penting. Disampaikan pula bahwa,
Arsitektur Peran Penyuluh Kelautan dan Perikanan dalam mengawal Pembangunan
Kelautan dan Perikanan harus berlandaskan pada Kelompok Penyuluh yang sudah ada
harus bersinergi dengan Kelompok Masyarakat Mandiri sehingga nantinya akan
mewujudkan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Sejahtera yang berdasarkan pada
empat pilar yaitu Peningkatan Teknologi, Peningkatan Usaha, Menjaga Kelestarian
Lingkungan dan Hidup Lebih Baik sesuai dengan Visi Indonesia 2025: Indonesia
Yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur yang tertuang dalam UU No.17 Tahun 2007 .
Untuk
menggali pembahasan materi kuliah umum lebih dalam, moderator membuka sesi
diskusi dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan pertanyaan.
Pertanyaan pertama disampaikan oleh I Wayan Deni Koriawan Taruna Semester VII
yang menanyakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
konsumsi ikan per kapita. Pertanyaan kedua oleh Sumarjo Taruna Alih Program
yang menanyakan upaya pemecahan masalah klasik masyarakat pesisir seperti
keselamatan kerja nelayan, Bahan Bakar Bersubsidi dll. Pertanyaan ketiga oleh
Regen Panjaitan Taruna Semester VII menanyakan tindakan konkret yang dapat
dilakukan untuk merubah mindset masyarakat ke mindset kelautan. Pertanyaan
keempat oleh Nicolaus Fanny Ravita yang menanyakan keterkaitan bisnis
masyarakat pesisir terhadap Pasar Bebas Asean. Pertanyaan kelima oleh Ade
Sunaryo, S.ST., M.Sc staff pengajar Jurusan Penyuluhan Perikanan yang
menyampaikan perlunya perhatian khusus proses rekruitment tenaga penyuluh
perikanan sebagai ujung tombak pembangunana kelautan dan perikanan, dan
pertanyaan terakhir dari Dr. Ir. Pigoselpi Anas, M.Si staff pengajar Jurusan
Penyuluhan Perikanan yang menanyakan tindakan konkret selain dari
arsitektur/perencanaan dalam pembangunan kelautan dan perikanan.
Kegiatan
kuliah umum berlangsung selama hampir tiga jam dengan lancar, hal ini terlihat
dengan feed back dan antusiasme peserta yang cukup tinggi dalam mengikuti
kuliah umum ini. Kuliah umum ditutup dengan penyampaian simpulan oleh
Moderator. Harapannya, melalui kegiatan kuliah umum ini para taruna-taruni
lebih memahami akan pentingnya pengelolaan sumber daya laut Indonesia secara
berkelanjutan sehingga akan terwujud Negara Maritim yang diakui oleh dunia
internasional dan Indonesia mampu menjadi negara dengan ekonomi kuat di dunia.
Sumber :
Website Radio Rapikan Cikaret Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar