SAPTA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN
Membudidayakan
ikan adalah suatu usaha mengembangbiakkan dan atau membesarkan ikan
dalam kurun waktu tertentu dan dalam suatu tempat budidaya tertentu,
dengan penerapan manajemen usaha budidaya ikan yang sering disebut
dengan penerapan sapta usaha budidaya. Sapta usaha budidaya ikan terdiri
dari :
1. Kegiatan Persiapan Kolam
2. Kegiatan Penyediaan Air
3. Kegiatan Penanganan Penebaran Benih
4. Kegiatan Pengelolaan Kualitas Air
5. Kegiatan Pengelolaan Pakan
6. Kegiatan Pengendalian Hama, Bakteri Patogen dan Parasit
7. Kegiatan Panen, Pascapanen dan Pemasaran
Kesesuaian
lingkungan hidup untuk setiap jenis ikan berlainan. Lokasi usaha
budidaya yang sesuai dengan ikan yang dipelihara akan memungkinkan
terjadinya interaksi yang positif antara lingkungan dan kehidupan
ikan.Kriteria umum lokasi kawasan budidaya air tawar bergantung pada
sumberdaya perairan yang akan digunakan untuk masing-masing metoda dan
jenis komoditas yang dibudidayakan, dengan persyaratan antara lain :
1. Lahan berada pada ketinggian dan suhu sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidayakan.2. Terdapat sumber air yang cukup selama masa budidaya.
3. Bebas dari kemungkinan terjadinya banjir.
4. Bebas dari pencemaran, baik yang berasal dari limbah industri, pertanian maupun pemukiman.
5. Lokasi berpotensi untuk area pengembangan
6. Didukung dengan sarana/prasarana yang dibutuhkan.
Budidaya ikan yang diusahakan di Indonesia mengenal tiga tingkat teknologi, yaitu tradisional/ekstensif, semi intensif dan intensif. Penjelasan mengenai ketiga jenis budidaya tersebut adalah :
1. Tradisional
- Padat penebaran rendah ( < 10 ekor/m2, benih berukuran kecil)
- Pakan alami
- Manipulasi lingkungan sedikit
- Produktivitas rendah ( < 1 ton/ha/tahun )
- Hasil tidak menentu
2. Semi Intensif
- Padat penebaran sedang ( 10-20 ekor/m2 )
- Pakan alami dan tambahan
- Manipulasi lingkungan antara lain ganti air, pengapuran
- Pencegahan penyakit
- Produktivitas sedang (sekitar 2 ton/ha/th)
- Hasil belum menentu
3. Intensif
- Padat penebaran tinggi (> 30 ekor/m2 atau 5 kg/m2 ), ukuran benih besar, pakan buatan/pelet
- Manipulasi lingkungan intensif (desain dan konstruksi tempat, pengairan, alat tambahan).
- Penanggulangan penyakit
- Produktivitas tinggi ( > 4 ton/ha/th atau > 20 ton/ha/panen)
- Hasil lebih pasti
A. PERSIAPAN KOLAM
Kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kehidupan ikan serta tumbuhan dan hewan
air lainnya sangat mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya. Jenis ikan
tertentu menghendaki lingkungan yang tertentu pula untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Penggunaan
media budidaya yang pernah dan bisa diterapkan di Indonesia antara lain
kolam (air tenang dan air deras), tambak, jaring apung, jaring tancap,
karamba dan kombongan, sawah (mina padi), pagar, pen (hampang), longline dan
rakit serta bak, akuarium, tangki dan resirkulasi. Saat ini juga
dikenal kolam karpet, olam terpal, kolam plastik dan klam kayu. Salah
satu sistem budidaya yang akan dibahas adalah pemeliharan ikan yang
dilakukan di kolam.
Kolam
mempunyai peranan penting dalam budidaya ikan khususnya di darat (air
tawar). Selain sebagai media hidup ikan, kolam juga berfungsi sebagai
sumber makanan alami ikan, sehingga kolam merupakan tempat yang nyaman
bagi ikan dan berpotensi menumbuhkan pakan alami ikan.
Adapun penggolongan kolam dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1.
Menurut terjadinya, kolam dibedakan menjadi dua yaitu kolam yang
sengaja dibuat untuk memelihara ikan dan kolam yang terjadi tanpa
disengaja.
2.
Menurut sumber airnya, ada empat jenis kolam yaitu kolam tadah hujan,
kolam mata air, kolam berpengairan setengah teknis dan kolam
berpengairan teknis.
3. Menurut bentuknya, dikenal empat macam bentuk kolam yaitu persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran dan segitiga.
4.
Menurut fungsinya, kolam dibedakan menjadi kolam pemeliharaan induk,
kolam pemijahan, kolam pentasan telur/pemeliharaan larva, kolam
pendederan, kolam pembesaran, kolam penumbuhan pakan alami, kolam
pengendapan dan kolam penampungan hasil.
5. Menurut aliran airnya, kolam dibedakan menjadi kolam air tergenang dan kolam air mengalir.
Setelah
kolam dibuat ada beberapa langkah tambahan yang perlu dilakukan sebelum
kolam digunakan untuk proses produksi. Berdasarkan jenis kolamnya,
langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :
1. Kolam tanah
- Dasar kolam dicangkul untuk membentuk lapisan lumpur yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
- Air dimasukkan ke dalam kolam agar pematang menjadi padat.
- Karena dasar tanah digali, ada kemungkinan zat beracun dan kandungan
logam akan meracuni ikan sehingga kolam harus dibilas. Kolam dikeringkan
setelah direndam air selama beberapa hari.
- Genangan air di sebagian dasar kolam yang masih ada harus diratakan.
- Kolam diisi air kembali
2. Kolam dengan pematang tembok
- Dasar kolam dicangkul untuk membentuk lapisan lumpur yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
- Air dimasukkan ke dalam kolam untuk menghilangkan pengaruh semen dan
menjaga badan pematang yang masih berupa tanah tidak jebol akibat
tekanan air dari dalam kolam.
- Permukaan dasar kolam diratakan setelah dikeringkan agar tidak ada genangan air.
- Kolam diisi air kembali
3. Kolam semen/beton
- Dasar kolam dipupuk untuk membentuk lapisan lumpur buatan yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
- Air dimasukkan ke dalam kolam untuk menghilangkan pengaruh semen dan
menjaga badan pematang yang masih berupa tanah tidak jebol akibat
tekanan air dari dalam kolam.
- Keringkan kolam.
- Kolam diisi air kembali
Untuk
menghindari terjadinya erosi pematang dapat ditanami dengan tanaman
yang juga dapat berfungsi sebagai peneduh, pakan tambahan ikan atau
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tanaman yang sering digunakan
adalah lamtoro gung (Leucaena glauca), turi (Sesbania grandiflora),
pisang, sente dan berbagai jenis sayur-mayur. Selain itu menurut
Susanto (2009) agar tanah tidak longsor maka bagian atas pematang
sebaiknya ditanami rumput.
Kolam
yang telah selesai digunakan untuk produksi budidaya ikan dapat
dilanjutkan lagi untuk proses produksi budidaya berikutnya dengan
dilakukan beberapa persiapan yaitu pengeringan/penjemuran tanah dasar
dan pengolahan tanah, termasuk perbaikan pematang (misalnya pada kolam
tanah), pengapuran dan pemberantasan hama dan parasit.
1. Penjemuran Tanah Dasar
Tanah
dijemur sampai kering di musim kemarau yang ditandai dengan tanah dasar
sampai retak-retak. Bila kolam sudah terlalu lama dioperasikan, lumpur
kolam diangkat terlebih dahulu. Pencucian dasar kolam akan mempersingkat
waktu penjemuran (musim hujan). Pencucian akan menguras bahan organik,
mengurangi unsur hara yang tidak diinginkan, dan akan mematikan bakteri
dalam waktu singkat. Penjemuran ini berfungsi untuk membunuh hama,
bakteri dan parasit yang ada di kolam, mempercepat perubahan bahan
organik menjadi bahan mineral yang berguna, menguapkan gas-gas racun,
memperkaya oksigen tanah dasar, atau dan menaikkan pH tanah dasar.
2. Pengapuran
Pengapuran
dilakukan setelah penjemuran dan pembalikan tanah dasar. Pengapuran
dengan beberapa jenis kapur adalah sebagai berikut :
a. Dengan kapur Pertanian (Ca CO3)
Kapur
ini merupakan kapur terbaik untuk pengapuran kolam. Sebaiknya kapur
digiling halus agar cepat bereaksi dengan air atau lumpur. Kapur ini
dapat digunakan bersama-sama dengan pemupukan dan penambahan air. Tujuan
pengapuran ini adalah :
- Mengurangi kandungan ammonia dan nitrit yang berbahaya;- Mempercepat proses mineralisasi;
- Mencegah perubahan pH secara dratis;
- Meningkatkan dan mengatur pH yang dikehendaki.
b. Dengan kapur Sirih ( Ca O ) atau kapur Tembok/Tohor ( Ca(OH)2 )
Pengapuran ini bertujuan untuk :
- Memberantas hama, bakteri dan parasit;- Mensterilkan kolam.
Penggunaan
kapur ini harus digunakan secara tepat karena jika digunakan dalam
dosis tinggi akan meningkatkan pH yang terlalu tinggi pula dan dapat
mematikan ikan. Kapur ini kadang digunakan untuk kolam yang tidak ada
ikannya atau pada tanah dasar kolam yang telah dikeringkan. Jika
digunakan kapur tohor, dosis yang disarankan 50 gr/m2.
c. Dengan dolomit
Penggunaan
dolomit dapat digunakan secara terpisah atau bersamaan dengan pupuk.
Kapur ini berfungsi untuk menjaga kestabilan derajat keasaman (pH) tanah
dan air. Dosis yang digunakan10-20gr/m2.
3. Pemupukan.
Pemupukan
dilakukan untuk meningkatkan kesuburan kolam sehingga tumbuh-tumbuhan
air ataupun biota-biota air yang menjadi makanan alami ikan dapat tumbuh
dengan baik, misalnya jenis-jenis ganggang, plankton, protozoa, benthos
dan lain-lain. Pemupukan dapat menggunakan pupuk kandang (organik),
kompos jerami dan pupuk buatan (anorganik). Setelah pengeringan dan
pengapuran air dimasukkan ke dalam kolam setinggi 10-20 cm kemudian
dipupuk. Kolam intensif tidak perlu dipupuk untuk menumbuhkan pakan
alami. Pupuk organik sudah banyak tersedia yang berasal dari sisa pakan
buatan dan kotoran ikan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk
secara merata di seluruh permukaan dasar kolam.
Pupuk tanah dasar disebar merata berupa campuran Urea 5 gram/m2 + TSP 10 gram/m2, atau Kompos 50 gram/m2 + TSP 7,5 gram/m2, atau hanya kotoran ayam/unggas 200 gram/m2.
B. PENYEDIAAN AIR
Penyediaan
air dilakukan dengan pengisian air secukupnya dan dibiarkan selama 2-3
hari untuk memberikan kesempatan bakteri probiotik atau pakan dasar
tumbuh. Setelah pakan alami tumbuh kolam diisi air lagi sampai kedalaman
tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Kemudian kolam dibiarkan
sampai diperkirakan pakan alami sudah tumbuh dengan baik, dapat diamati
dari warna air kolam hijau agak kecoklatan ( + 10 hari). Pemupukan susulan dengan pupuk buatan yaitu campuran (urea 30 gram + TSP 2,5 gram)/m2
dapat dilakukan apabila kesuburan kolam tampak menurun. Selanjutnya air
ditambah sesuai dengan tujuan, untuk pendederan 60 – 110 cm, sedangkan
untuk pembesaran minimal 120 cm.
C. PENANGANAN PENEBARAN BENIH
Penebaran
benih bertujuan untuk menempatkan ikan dalam wadah budidaya dengan
kepadatan tertentu. Padat penebaran benih adalah jumlah benih yang
ditebarkan per satuan luas atau volume. Semakin tinggi padat penebaran
benih pemeliharaannya juga semakin intensif karena kebutuhan oksigen dan
pakan serta buangan sisa metabolisme dan pakan juga semakin bertambah.
Sebagai pedoman untuk padat penebaran beberapa jenis ikan dapat dilihat
pada lampiran.
Benih
sebaiknya dipilih yang berukuran seragam, sehat dan tidak cacat. Benih
diambil dari pembenih terpercaya, atau dan pedagang terpercaya.
Benih yang sehat memiliki ciri-ciri antara lain :1. Perenang aktif, gerakannya normal, tanggap terhadap rangsangan fisik, dan tidak ada luka;
2. Badan bersih, berkulit/bersisik licin, tidak ada tanda-tanda terserang jamur, atau parasit;
3. Berbadan memanjang, padat dan berisi; atau/dan
4. Bersertifikat.
Sebelum
benih ditebarkan di kolam, penting sekali dilakukan proses adaptasi
benih (aklimatisasi) dengan kondisi air yang baru dengan cara :
1. Benih ditenangkan 2 – 5 jam untuk mengurangi stress akibat pengangkutan.
2. Kemudian diadaptasikan dengan air media/kolam dengan meletakkan kantong plastik benih di permukaan air kolam selama 5 – 10 menit.
3. Masukkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong benih untuk menyesuaikan dengan suhu dan pH.
4. Dilakukan proses sanitasi benih dicelup larutan garam 200-300 gr/m3 + MB (1-2 cc/m3) selama beberapa detik (untuk mengobati luka).
5. Benih ditebarkan ke kolam secara perlahan-lahan
6. Dilakukan sampling jumlah benih untuk menentukan kepadatan dan kebutuhan pakan.
2. Kemudian diadaptasikan dengan air media/kolam dengan meletakkan kantong plastik benih di permukaan air kolam selama 5 – 10 menit.
3. Masukkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong benih untuk menyesuaikan dengan suhu dan pH.
4. Dilakukan proses sanitasi benih dicelup larutan garam 200-300 gr/m3 + MB (1-2 cc/m3) selama beberapa detik (untuk mengobati luka).
5. Benih ditebarkan ke kolam secara perlahan-lahan
6. Dilakukan sampling jumlah benih untuk menentukan kepadatan dan kebutuhan pakan.
Waktu
penebaran paling baik dilakukan pagi hari, atau sore hari ketika air
kolam sudah dan masih sejuk; pilih cuaca yang cerah. Bila mendung ada
kemungkinan sesudah penebaran turun hujan, mengakibatkan ikan mudah
stress, bahkan dapat mematikan.
D. PENGELOLAAN KUALITAS AIR
Kebersihan
dan kesehatan air sangat penting dalam budidaya ikan. Air yang kurang
atau tidak bersih sering mengandung kuman penyakit atau zat yang
bersifat racun sehingga dapat mengganggu kesehatan ikan. Upaya
mendapatkan air bersih dapat dilakukan dengan cara mengamati asal sumber
air yang akan digunakan. Sumber air yang baik antara lain :
1. Sumber air bukan berasal dari sungai yang digunakan untuk membuang limbah industri.
2. Sumber air bukan berasal dari comberan, karena air comberan umumnya mengandung kuman penyakit yang dapat menyerang ikan.
3. Sumber air tidak terpolusi oleh bahan-bahan yang berbahaya misalnya minyak.
2. Sumber air bukan berasal dari comberan, karena air comberan umumnya mengandung kuman penyakit yang dapat menyerang ikan.
3. Sumber air tidak terpolusi oleh bahan-bahan yang berbahaya misalnya minyak.
Memelihara
ikan berarti pula memelihara air. Pengelolaan air dalam budidaya ikan
bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang baik bagi ikan agar dapat
hidup dan tumbuh maksimal.
Kualitas
air secara luas dapat diartikan sebagai setiap faktor fisik, kimia dan
biologi yang mempengaruhi manfaat penggunaan air bagi manusia baik
langsung maupun tidak. Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter
yaitu fisika (suhu, transparansi), kimia (oksigen terlarut, CO2 bebas, pH, Alkalinitas) dan biologi (keberadaan plankton, keberadaan bentos)
a. Parameter Fisika
1. Suhu
Suhu
air adalah salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan
dan pertumbuhan badan ikan. Suhu air dapat mempengaruhi pertukaran
zat-zat atau metabolisme makhluk hidup dan dapat mempengaruhi kadar
oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu perairan, semakin
sedikit oksigen yang dapat terlarut di dalamnya.
Suhu air optimal untuk daerah tropis biasanya berkisar 25-30 oC.
Menjaga suhu optimal untuk pertumbuhan merupakan suatu hal yang
penting. Perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi 5 oC
dan tidak boleh terjadi perubahan suhu secara mendadak/drastis.
Goncangan suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan stress yang
dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Suhu harian jangan sampai
berguncang lebih dari 5 oC. Salah satu cara agar tidak terjadi perguncangan, adalah dengan menjaga ketinggian air kolam rata-rata di atas 120 cm;
2. Kekeruhan Air
Kekeruhan
air dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indra kita. Air yang terlalu
keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang disebabkan oleh
lumpur dapat mengganggu pernapasan dan mempengaruhi nafsu makan ikan.
Namun apabila kekeruhan tersebut disebabkan oleh plankton justru sangat
diharapkan karena selain sebagai sumber pakan alami juga dapat menjadi
penghasil oksigen.
Cara
termudah untuk membedakan kekeruhan tersebut adalah dengan mengambil
contoh air dalam gelas kaca dan membiarkannya beberapa saat. Apabila
terlihat endapan lumpur di dasar gelas, berarti kekeruhan disebabkan
oleh lumpur. Sebaliknya bila air masih terlihat berwarna seperti awalnya
tanpa endapan lumpur, berarti kekeruhan disebabkan oleh plankton.
3. Warna air dan tanah
- Air berwarna coklat kehijauan (baik) dan coklat kekuningan dan air tetap jernih baik bagi pertumbuhan dan kehidupan ikan.
- Air berwarna hijau mengkilap, hijau kebiru-biruan, atau merah tidak baik bagi kehidupan ikan.
-
Tanah dasar berwarna hitam; banyak bahan organik menumpuk, atau dan
terjadi pembusukan tidak baik bagi kehidupan ikan peliharaan.
b. Parameter Kimia
1. Oksigen Terlarut (DO)
Ikan
memerlukan oksigen terlarut yang cukup untuk hidup dan pertumbuhannya.
Kadar minimum oksigen terlarut yang diperlukan untuk kelangsungan hidup
ikan bervariasi. Ikan kadang-kadang sanggup hidup dalam keadaan kadar
oksigen terlarut rendah selama beberapa jam tanpa menimbulkan pengaruh
yang berarti, tetapi akan segera mati bila keadaan tersebut berlangsung
selama beberapa hari.
Kandungan
oksigen harus dipertahankan diatas 5 ppm untuk memperoleh produksi
optimal. Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka
waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya.
2. pH (Derajat Keasaman)
Keasaman
air atau populer dengan istilah pH sangat berperan bagi kehidupan ikan.
Umumnya pH yang cocok untuk semua jenis ikan antara 6,7 – 8,6. Namun
ada beberapa jenis ikan yang daat bertahan hidup pada kisaran pH yang
sangat tinggi maupun rendah, sekitar 4-9, karena lingkungan hidup
aslinya di rawa misalnya ikan sepat siam.
Pada pagi hari jam 08.00, bila pH air kurang dari 6,5 segera ditaburi CaCO3 25 gr/m3 airmedia, dan bila pH air lebih dari 8,5 segera diadakan pergantian air kolam, atau ditaburi dengan pupuk organik 25 gr/m3 air media.
3. Amonia dan Nitrit
Amonia
merupakan zat buang terlarut hasil metabolisme ikan oleh perombakan
protein, baik dari kotoran ikan sendiri maupun dari sisa pakan. Sisa
pakan biasanya akan membusuk sehingga kadar amonia meningkat. Nitrit
(NO2) merupakan gas beracun bagi ikan. Nitrit merupakan hasil
perombakan protein yang merupakan ikutan dari amonia. Pada air kotor
karena terlalu banyak ikan biasanya mempunyai kadar nitrit yang tinggi.
Kandungan
amonia dan nitrit dapat dikurangi ataupun dihilangkan dengan cara
penggantian air, pemberian aerasi, penguapan, maupun reaksi kimia dengan
oksigen.
c. Parameter Biologi
Ketebalan plankton dijaga 30 – 35 cm. Plankton (phytoplankton)
menghasilkan oksigen pada siang hari dan dapat membuang unsur-unsur
yang menimbulkan racun bagi ikan dan udang, sedang pada waktu malam
mengkonsumsi oksigen. Semakin banyak dan beragam makhluk hidup dalam
suatu perairan berarti semakin tinggi pula tingkat kesuburan perairan
tersebut.
Pakan
merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan. Ikan harus tumbuh
tidak sekedar untuk mempertahankan kondisi tubuh tetapi juga untuk
menumbuhkan jaringan otot/daging. Pengelolaan pakan yang baik akan
meningkatkan produktifitas kolam, meningkatkan daya guna pakan dan
memperkecil nilai konversi pakan sekaligus dapat menekan biaya
operasional kolam.
Prinsip-prinsip manajemen pakan meliputi :1. Tepat mutu , nilai gizi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan;
Kualitas
pakan berkaitan dengan jenis ikan yang dipelihara. Ikan lele dan patin
relatif membutuhkan kadar protein yang lebih tinggi. Produktivitas
kolam dapat meningkat apabila ditunjang dengan kestabilan kualitas pakan
yang tinggi. Berikut disampaikan jenis dan komposisi pakan ikan/pelet.
Tabel 1. Jenis dan Komposisi Pakan 1
No.
|
Jenis pakan
|
Jenis Ikan
|
Kadar Protein
|
(%)
| |||
1
| Terapung | lele/patin (masa awal) |
30-32
|
lele/patin (masa pertumbuhan) |
30-32
| ||
lele/patin (masa akhir) |
28-30
| ||
gurami (masa awal) |
26-28
| ||
gurami (masa pertumbuhan) |
26-28
| ||
gurami (masa akhir) |
24-26
| ||
nila/mas (masa awal) |
25-27
| ||
nila/mas (masa pertumbuhan) |
20-22
| ||
nila/mas (masa akhir) |
20-22
| ||
benih ikan |
38-40
| ||
2
| Tenggelam | nila/mas (masa awal) |
28-30
|
nila/mas (masa pertumbuhan) |
28-30
| ||
nila/mas (masa akhir) |
28-30
| ||
benih ikan |
40-42
|
Tabel 2. Jenis dan Komposisi Pakan 2
No.
|
Jenis pakan
|
Jenis Ikan
|
Kadar Protein
|
(%)
| |||
1
| Terapung | lele (benih) |
38
|
lele (induk) |
36
| ||
lele (budidaya) |
28-30; 31-33
| ||
gurami |
25
| ||
patin |
28-30
| ||
nila |
28
| ||
mas |
25-28
| ||
2
| Tenggelam | mas |
28-30
|
lele |
28
| ||
nila |
25
| ||
patin |
28
|
2. Tepat jenis, disesuaikan umur, ukuran dan jenis ikan;
Jenis pakan di dalam budidaya ikan terdiri dari empat kelompok yaitu pakan hidup (pakan yang diberikan pada ikan dalam keadaan hidup), pakan segar (pakan yang diberikan dalam keadaan segar/dibekukan dalam freezer dan bentuk asli pakan ini sama seperti ketika masih hidup), pakan tambahan dan pakan buatan
(pakan yang dibuat dari berbagai bahan makanan kemudidan diramu dengan
resep tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi lengkap).
3. Tepat bentuk, disesuaikan dengan umur dan cara makan ikan ;
Ukuran
pakan ditetapkan dengan mempertimbangkan ukuran bukaan mulut ikan.
Semakin besar ukuran ikan, bukaan mulutnya semakin lebar, maka ukuran
pakannya juga semakin besar. Bentuk pakan, baik kering maupun lembab,
sangat beragam. Pakan kering dapat dibuat dalam bentuk pellet (
berbentuk batang, bulat atau bulat panjang dengan ukuran 3-3,5 mm),
remah (1-2 mm), butiran dan tepung, yang sebenarnya berasal dari pellet
yang digiling, lalu diayak dengan mata ayakan tertentu sesuai bentuk
yang diinginkan. Pakan lembab dapat berbentuk bola atau roti kukus
sedangkan pakan basah berbentuk bubur atau pasta.
Bentuk pakan buatan untuk ikan diberikan berdasarkan umur ikan dengan salah satu contoh ditunjukkan dalam tabel berikut
No.
|
Umur Ikan
|
Bentuk Pakan
|
1
|
s.d. umur 20 hari
|
Emulsi
|
2
|
Umur 20-40 hari
|
Tepung halus
|
3
|
Umur 40-80 hari
|
Tepung kasar
|
4
|
Umur 80-120 hari
|
Remah
|
5
|
Umur > 120 hari
|
Pelet
|
4. Tepat saji, disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan (permukaan, melayang, atau dasar);
5. Tepat dosis, disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah ikan harian, waktu dan cuaca harian; persentase pakan harian disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jenis ikan dan ukurannya sebagai berikut :
Tabel 4. Persentase pakan harian pada beberapa jenis ikan
No.
| Jenis Ikan |
Masa awal
|
Masa pertumbuhan
|
Masa akhir
| |||
Berat ikan rata-rata
|
2-20 gr
|
20-50 gr
|
50-100 gr
|
100-300 gr
|
300-600 gr
|
> 600 gr
| |
1
| lele |
6-8 %
|
4-6 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
2
| patin |
6-8 %
|
4-6 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
3
| nila |
5-6 %
|
4-5 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
4
| mas |
5-6 %
|
4-5 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
5
| gurami |
3-4 %
|
3-4 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
6. Tepat waktu, disesuaikan dengan waktu lapar (pagi, siang, sore atau/dan malam);
7. Tepat frekuensi,
semakin muda, kecil dan pendek alat pencernaan akan lebih sering (dapat
lebih dari 5 kali / hari). Setiap frekuensi volume (sub dosis) tidak
harus sama. Frekuensi pemberian pakan adalah berapa kali pakan diberikan
dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan
sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut :
Tabel 5. Frekuensi, Waktu dan Proporsi Pemberian Pakan
No.
|
Ukuran Ikan
|
Frekuensi
|
Waktu Pemberian Pakan
|
Proporsi Pemberian
|
(gram)
|
(kali)
|
(dalam WIB)
|
(%)
| |
1
|
10
|
5
|
06.00; 09.00; 12.00 ; 15.00; 18.00
|
15, 20, 20, 30, 15
|
2
|
20
|
4
|
07.00; 11.00; 15.00; 19.00
|
20, 30, 30, 20
|
3
|
30
|
3
|
07.00; 12.00; 17.00
|
30, 40, 30
|
8. Tepat cara pemberian, misalnya dionggokkan di anco, disebar selang-seling atau disebar merata ke seluruh permukaan air.
Berdasarkan
prinsip yang sesuai dengan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB),
beberapa hal yang berkaitan dengan pakan antara lain :
1. Pakan yang memenuhi syarat :
– mengandung nutrisi yg sesuai kebutuhan;
– tidak mengandung racun, bahan pencemaran, atau mengakibatkan pencemaran
– tidak mengandung antibiotik dan hormon
– telah terdaftar
– masih layak digunakan, tidak mengalami perubahan fisik
2. Pemberian pakan tidak dicampur antibiotik dan hormon
3. Bahan baku pakan, additive dan suplemen
– tidak membahayakan
– harus dilakukan pemeriksaan fisik dan lab terhadap kand. bahan asing, bahan kimia, mikroorganisme beracun
4. Penyimpanan Pakan
– Terpisah dari bahan-bahan kimia dan obat2an yang lain
– Tempat penyimpanan dpt mempertahankan kualitas pakan
F. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN
Hama
Ikan adalah organisme yang pada suatu waktu berada dilingkungan
kolam,atau/dan di dalam kolam, serta merugikan usaha pemeliharaan
udang/ikan. Bermacam-macam hama dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Hama Pemangsa;
Berupa serangga, ular, linsang, burung, ikan liar, moluska, dll.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Semprot dengan minyak tanah 1 ml/m2 permukaan air;2. Kunjungan ke kolam sesering mungkin;
3. Sebar garam dapur, minyak tanah, atau oli bekas pada permukaan tanggul luar/tanggul utama;
4. Tanam tumbuhan yang menyengat (kamijara, burus dll.)
2. Hama Pesaing Pakan, Ruang Gerak, dll. ;
Berupa ikan liar dan tumbuhan air.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;2. Jaga kedalaman air minimal 70 cm.
3. Pengontrolan air media & kolam diintesifkan.
3. Hama Peracun;
Berupa Alga fitoflagelata, kodok,dll.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;2. Pengontrolan airmedia & kolam diintensifkan.
3. Penaburan bakteri probiotik, seperti : starbio, BN-9, cooper control dsb.;
4. Seperti hama pemangsa butir a, b, & c.
4. Hama Pengganggu;
Berupa gulma air, binatang, dll.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;2. Pengontrolan airmedia & kolam diintensifkan.
3. Penaburan bakteri probiotik, seperti : starbio, BN-9, cooper control dsb.;
4. Pemasangan pagar keliling pada tanggul terluar.
5. Hama Perusak;
Berupa kepiting, belut, moluska, dll.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Semprot saponin/rotenon di tanggul keliling;2. Berantas dengan Brestan 60 di tahap persiapan.
* Parasit adalah organisme yang dalam memenuhi kebutuhan hidup menempel kepada pada organisme lain yang hidup ataupun benda mati (plankton, tanaman & hewan air, moluska, dll.). Pencegahan dilakukan dengan melaksanakan kegiatan I – V pada sapta usaha secara baik.
* Virus dapat hidup pada benda mati; Pencegahan dan pengendalian antara lain dengan menaikan/menjaga suhu air maksimal pada kisaran suhu pertumbuhan.
* Bakteri dapat hidup pada benda mati; Pencegahan dan pengendalian antara lain dengan :
1. Menjaga kandungan amoniak tidak melibihi batas pertumbuhan ikan;2. Memperbaiki kualitas pakan;
3. Mengurangi kandungan bahan organik di kolam.
*
Pencegahan dan pengendalian Jamur/Fungi dilakukan dengan Menaikan pH
air maksimal pada kisaran pertumbuhan ikan/udang peliharaan.
* Protozoa ; Pencegahan dan pengendalian; Menaikan pH air maksimal pada kisaran pertumbuhan ikan/udang peliharaan.
Penyakit
adalah suatu micro-organisme yang menyebabkan salah satu fungsi organ
ikan terganggu. Kesalahan penanganan dalam pemeliharaan akan menimbulkan
bermacam penyakit seperti :
1. Penyakit non-infeksi / tidak menular,
a. Stress diakibatkan terjadi perguncangan lingkungan atau karena turunan;
b. Kurang gizi diakibatkan mutu pakan jelek;
c. Keracunan diakibatkan air tercemar; perombakan bahan organik/pakan-alami, atau mutu pakan jelek;
d. Cacat diakibatkan faktor turunan.
2. Penyakit infeksi sangat menular
a. Penyakit Viral, diakibatkan virus;
b. Penyakit bacterial, diakibatkan bakteri;
c. Penyakit parasiter, diakibatkan oleh jamur, protozoa dan metozoa.
PROSES IKAN TERSERANG PENYAKIT
Penyakit timbul akibat interaksi antar ketiga unsur tersebut di bawah ini :
1. Lingkungan kolam yang selalu berubah,
2. Perkembang-biakan bakteri patogen, jamur, virus, atau parasit, dan
3. Kondisi ikan yang jelek
2. Perkembang-biakan bakteri patogen, jamur, virus, atau parasit, dan
3. Kondisi ikan yang jelek
A. Pergoncangan lingkungan hidup ikan :
1. Perubahan suhu harian tidak boleh > 5 0C;2. Perubahan pH harian tidak boleh lebih dari 2 ;
3. Perubahan oksigen harian tidak boleh lebih dari 5 ppm.
Bila lebih akan berakibat ikan menjadi mudah stress, lemah, dan kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit
Penyebab terjadi pergoncangan :
1. Suhu → Kedalaman air rata-rata harian kurang dari 100 cm2. PH → kandungan bahan organik tinggi
3. Oksigen → kepadatan ikan tinggi, kepadatan plankton tinggi, atau/dan terjadi proses pembusukan di dasar kolam.
B. Kandungan Bahan Kimia
1. Kandungan Karbondioksida (CO2) < 20 ppm
2. Kandungan Amoniak (NH3)dan (NH4) & NH3 < 1 ppm dan NH4
3.Kandungan Nitrit dan Nitrat (NO2 dan NO3) →NO2 3
4. Gas Sulfur (H2S) < 1 ppm
Bila melebihi batas maksimal berakibat :
1. Dapat meracuni ikan2. Parasit (bakteri, protozoa dan metazoa) mudah berkembang biak.
Penyebab kelebihan :
1. CO2 → Kepadatan organisme di kolam terlalu tinggi.2. Amoniak → Penguraian bahan organik tinggi
3. Nitrit dan nitrat → Penguraian amoniak oleh bakteri
4. H2S → Pembusukan dan penguraian oleh mikroorganisme anaerob
C. Parasit
1. Tahan terhadap pergoncangan suhu, pH atau /dan oksigen terlarut dalam air. Jamur berkembang baik pada pH rendah
2. Mudah berkembang biah bila unsure NH3 tinggi, terutama bagi bakteri dan protozoa.
D. Kondisi Ikan
Stress → menurunkan daya tahan tubuh ;
Kurang Gizi → ikan menjadi lemah dan pucat;
Keracunan → Menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit atau malah mematikan
F. KEGIATAN PANEN, PASCA-PANEN, DAN PEMASARAN
Kegiatan
panen, pemilihan mutu, dan transportasi dilakukan pada waktu ikan atau
udang dipindahkan dari suatu tempat produksi ke tempat konsumen pemakai,
atau/dan konsumen akhir. Seperti dari kolam pembenihan ke kolam
pendederan, dari kolam pendederan ke kolam pembesaran, dan/atau ke
konsumen pemakai.
Kegiatan
pemilihan mutu, transportasi, pengeringan dan pengisian kolam selama
periode pertumbuhan ikan sedapat mungkin dihindarkan sebab dapat
menimbulkan kerugian besar atau kehilangan produksi.
Panen ikan
Panen
ikan merupakan kegiatan terakhir suatu periode budidaya ikan. Panen
dilakukan menurut jadwal yang dibuat pada ukuran tertentu, atau pada
saat pasaran / harga baik. Paling baik berlangsung pagi hari dan
diharapkan sebelum jam 08.00 sudah selesai panen.
Panen
harus dilakukan pada kondisi temperatur air yang relatif rendah
sehingga stress pada ikan dapat ditekan sekecil mungkin. Keadaan
temperatur yang tinggi akan mempengaruhi kandungan gas terlarut, daya
racun gas tertentu dan proses metabolisme naik, maka penangkapan pada
temperatur tinggi akan mudah mengakibatkan stress.
Metode
panen dan alat yang akan dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis,
sifat dan ukuran ikan sehingga tidak menimbulkan luka-luka. Salah satu
cara adalah pengurangan volume air, kemudian ikan tergiring terbawa
bersama-sama massa air surut : ikan gurameh, nila (ikan dimersal) atau
dijebak ke dalam petak pemanenan dengan aliran air segar dan kemudian
seluruh penangkapan ikan dilakukan dipetak pemanenan. Cara lain, luas
kolam disempitkan dengan jaring yang membentang di kedua sisi, sekaligus
berfungsi menggiring ikan pada sudut yang ditentukan untuk penangkapan.
Pasca-panen
Pasca-panen
merupakan kegiatan perlakuan terhadap ikan baru tertangkap sampai ikan
siap dipasarkan. Seperti penampungan, pemilihan mutu, pengemasan, dan
pendistribusian. Ini sangat penting, karena apabila sampai gagal akan
mengakibatkan kualitas ikan turun drastis dan dapat menyebabkan harga
jatuh.
1.Penampungan
Ikan
harus ditampung terlebih dahulu untuk memulihkan kondisi akibat
penderitaan selama proses penangkapan. Petak penampungan dapat berfungsi
sebagai tempat pemilihan : ukuran, jenis kelamin, pemeriksaan kesehatan
ikan, dan pemberokan untuk persiapan pengangkutan.
Lama
waktu penampungan tergantung kepada tujuan. Apabila ditujukan untuk
mengistirahatkan maka lama penampungan cukup dengan waktu antara 2 - 5
jam ; ditujukan untuk penganngkutan keluar daerah maka lama penampungan
antara 1 – 5 hari tanpa diberi pakan : kalau ditujukan untuk
menghilangkan aroma tertentu maka lama penampungan antara 12 – 21 hari
dengan air mengalir dan diberi pakan.
2. Pemilihan Mutu / Seleksi Ikan
Seleksi
ikan sangat penting dilakukan karena efisiensi dan konversi pakan
sangat bergantung pada ukuran ikan dan jenis pakan yang diberikan.
Kegiatan pemilihan dapat dilakukan sebelum atau ketika dalam petak
penampungan.
Alat
pemilihan mutu, dapat berupa kolam parit dengan kisi-kisi dari berbagai
ukuran, atau dengan jaring (grader) dengan mesh-size (ukuran mata
jaring) tertentu yang ditarik sepanjang kolam, atau dengan ayakan yang
disesuaikan dengan ketebalan/diameter tubuh ikan, atau dengan tangan di
meja seleksi . Penanganan seperti di atas dapat menimbulkan stress atau
luka hingga memudahkan ikan terserang penyakit.
Atau dengan kolam parit/mengalir yang dipasang kisi-kisi dengan jarak tertentu seperti contoh pada tabel.
Tabel 1. Ukuran (cm) Antar Kisi-kisi Berdasarkan ketebalan tubuh tiga species ikan nila
Berat rata-rata | S. Aureus |
O. Niloticus
|
S. Niger
| ||
> 5 gr 10 25 > 250 | 1,06 1,30 1,73 3,60 | 0,99 1,23 1,65 3,45 | 0,97 1,19 1,40 - | 1,03 1,32 1,74 3,76 | 1,00 1,25 1,70 3,50 |
3. Pengemasan
Wadah
pengangkut ikan harus kuat, ringan tidak mencemari air, higenik,
ekonomis dan tidak melukai ikan. Ukuran disesuaikan dengan jenis, sifat,
ukuran dan jumlah ikan. Wadah yang berasal dari plastik berupa drum
atau kantong merupakan tempat yang ideal, kemungkinan terjadi luka
akibat gesekan dengan wadah kecil. Hindari pengemasan ikan dengan
kantong plastik terutama bagi ikan yang memiliki duri keras (nila),
patil (lele), atau bersisik keras (ikan gurameh dan sejenisnya).
Sistem
pengemasan pada prinsipnya dikelompokkan menjadi ; sistem kering,
sistem basah, terbuka dan tertutup. Penggunaannya tergantung pada
tujuan, jenis dan ukuran ikan, jarak yang ditempuh, lama waktu, dan
macam kendaraan pengangkut. Air kemasan harus memenuhi kualitas air
media dan sesuai dengan jenis ikan tersebut, sedang kuantitas air
bergantung pada ukuran, jumlah ikan, dan lama pengangkutan.
Distribusi
Pengangkutan
ikan, kebanyakan dilakukan bersama air (sistem basah). Perbandingan
air, oksigen dan jumlah ikan akan membatasi lama waktu pengangkutan.
Oleh karenanya, pada setiap pengangkutan ikan harus dalam kondisi
mengkonsumsi oksigen sekecil mungkin oleh karena itu ikan dikondisikan
tidak makan (puasa), suhu air rendah 20-24 0C (didinginkan
dengan es), atau pada kondisi mati rasa. Penambahan oksigen selama
pendistribusian dapat dilakukan dengan; memperluas kontak permukaan air
dan udara, memompakan/menambah aliran udara dalam air, atau (sistem
terbuka), dan pemberian oksigen murni (sistem tertutup).
Pendistribusian
harus dilakukan pada kondisi yang memungkinkan tidak terjadi perubahan
temperatur diluar kisaran yang sesuai bagi kehidupan ikan tersebut.
Penyimpanan kemasan ikan terbaik diruang yang bersuhu rendah dan stabil.
Kendaraan pengangkut sistem tertutup lebih baik dilengkapi dengan
fasilitas pengatur suhu ruangan, dan atau penyuplai udara.
Pengangkutan
di malam hari lebih baik, mengingat keadaan temperatur relatif rendah
dan lama waktu tempuh dapat lebih pendek. Ikan sebaiknya telah sampai
ditempat tujuan (penampungan/pasar) pada waktu pagi sebelum jam 06.00
dan diharapkan penebaran ikan (benih /induk) telah selesai sebelum jam
10.00 sehingga pengaruh pemanasan matahari masih kecil dan ikan dapat
beradaptasi dengan baik.
BAHAN BACAAN
Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 103 hal.
Anonim. 2004. Biologi Ikan Air Tawar. www.ut.ac.id/ol-supp/luht4453/biologi.htm
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar Ikan Gurami, Ikan Nila, Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta. 113 hal.
Cholik, F., A. Wiyono dan R. Arifudin. Pengelolaan Kualitas Kolam. Dirjen Perikanan Jakarta. 48 hal.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta. 258 hal.
Handajani, H. Dan S.D. Hastuti. 2002. Budidaya Perairan. Bayu Media dan UMM Press. 201 hal.
Susanto, H. 2009. Kolam Ikan + Ragam Pilihan dan Cara Membuat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar