Senin, 16 Juni 2014

SAPTA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

Membudidayakan ikan adalah suatu usaha mengembangbiakkan dan atau membesarkan ikan dalam kurun waktu tertentu dan dalam suatu tempat budidaya tertentu, dengan penerapan manajemen usaha budidaya ikan yang sering disebut dengan penerapan sapta usaha budidaya. Sapta usaha budidaya ikan terdiri dari :
1. Kegiatan Persiapan Kolam
2. Kegiatan Penyediaan Air
3. Kegiatan Penanganan Penebaran Benih
4. Kegiatan Pengelolaan Kualitas Air
5. Kegiatan Pengelolaan Pakan
6. Kegiatan Pengendalian Hama, Bakteri Patogen dan Parasit
7. Kegiatan Panen, Pascapanen dan Pemasaran
Kesesuaian lingkungan hidup untuk setiap jenis ikan berlainan. Lokasi usaha budidaya yang sesuai dengan ikan yang dipelihara akan memungkinkan terjadinya interaksi yang positif antara lingkungan dan kehidupan ikan.Kriteria umum lokasi kawasan budidaya air tawar bergantung pada sumberdaya perairan yang akan digunakan untuk masing-masing metoda dan jenis komoditas yang dibudidayakan, dengan persyaratan antara lain :
1. Lahan berada pada ketinggian dan suhu sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidayakan.
2. Terdapat sumber air yang cukup selama masa budidaya.
3. Bebas dari kemungkinan terjadinya banjir.
4. Bebas dari pencemaran, baik yang berasal dari limbah industri, pertanian maupun pemukiman.
5. Lokasi berpotensi untuk area pengembangan
6. Didukung dengan sarana/prasarana yang dibutuhkan.

Budidaya ikan yang diusahakan di Indonesia mengenal tiga tingkat teknologi, yaitu tradisional/ekstensif, semi intensif dan intensif. Penjelasan mengenai ketiga jenis budidaya tersebut adalah :
1. Tradisional
    - Padat penebaran rendah ( < 10 ekor/m2, benih berukuran kecil)
    - Pakan alami
    - Manipulasi lingkungan sedikit
    - Produktivitas rendah ( < 1 ton/ha/tahun )
    - Hasil tidak menentu
2. Semi Intensif
    - Padat penebaran sedang ( 10-20 ekor/m2 )
    - Pakan alami dan tambahan
    - Manipulasi lingkungan antara lain ganti air, pengapuran
    - Pencegahan penyakit
    - Produktivitas sedang (sekitar 2 ton/ha/th)
    - Hasil belum menentu
3. Intensif
    - Padat penebaran tinggi (> 30 ekor/m2 atau 5 kg/m2 ), ukuran benih besar, pakan buatan/pelet
    - Manipulasi lingkungan intensif (desain dan konstruksi tempat, pengairan, alat tambahan).
    - Penanggulangan penyakit
    - Produktivitas tinggi ( > 4 ton/ha/th atau  > 20 ton/ha/panen)
    - Hasil lebih pasti



A. PERSIAPAN KOLAM
Kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupan ikan serta tumbuhan dan hewan air lainnya  sangat mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya. Jenis ikan tertentu menghendaki lingkungan yang tertentu pula untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Penggunaan media budidaya yang pernah dan bisa diterapkan di Indonesia antara lain kolam (air tenang dan air deras), tambak, jaring apung, jaring tancap, karamba dan kombongan, sawah (mina padi), pagar, pen (hampang), longline dan rakit serta bak, akuarium, tangki dan resirkulasi. Saat ini juga dikenal kolam karpet, olam terpal, kolam plastik dan klam kayu. Salah satu sistem budidaya yang akan dibahas adalah pemeliharan ikan yang dilakukan di kolam.
Kolam mempunyai peranan penting dalam budidaya ikan khususnya di darat (air tawar). Selain sebagai media hidup ikan, kolam juga berfungsi sebagai sumber makanan alami ikan, sehingga kolam merupakan tempat yang nyaman bagi ikan dan berpotensi menumbuhkan pakan alami ikan.
Adapun penggolongan kolam dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1. Menurut terjadinya, kolam dibedakan menjadi dua yaitu kolam yang sengaja dibuat untuk memelihara ikan dan kolam yang terjadi tanpa disengaja.
2. Menurut sumber airnya, ada empat jenis kolam yaitu kolam tadah hujan, kolam mata air, kolam berpengairan setengah teknis dan kolam berpengairan teknis.
3. Menurut bentuknya, dikenal empat macam bentuk kolam yaitu persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran dan segitiga.
4. Menurut fungsinya, kolam dibedakan menjadi kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam pentasan telur/pemeliharaan larva, kolam pendederan, kolam pembesaran, kolam penumbuhan pakan alami, kolam pengendapan dan kolam penampungan hasil.
5. Menurut aliran airnya, kolam dibedakan menjadi kolam air tergenang dan kolam air mengalir.
Setelah kolam dibuat ada beberapa langkah tambahan yang perlu dilakukan sebelum kolam digunakan untuk proses produksi. Berdasarkan jenis kolamnya, langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu :
1. Kolam tanah
   - Dasar kolam dicangkul untuk membentuk lapisan lumpur yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
   - Air dimasukkan ke dalam kolam agar pematang menjadi padat.
  - Karena dasar tanah digali, ada kemungkinan zat beracun dan kandungan logam akan meracuni ikan sehingga kolam harus dibilas. Kolam dikeringkan setelah direndam air selama beberapa hari.
  - Genangan air di sebagian dasar kolam yang masih ada harus diratakan. 
  - Kolam diisi air kembali
2. Kolam dengan pematang tembok
  - Dasar kolam dicangkul untuk membentuk lapisan lumpur yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
  - Air dimasukkan ke dalam kolam untuk menghilangkan pengaruh semen dan menjaga badan pematang yang masih berupa tanah tidak jebol akibat tekanan air dari dalam kolam.
  - Permukaan dasar kolam diratakan setelah dikeringkan agar tidak ada genangan air.
  - Kolam diisi air kembali
3. Kolam semen/beton
  - Dasar kolam dipupuk untuk membentuk lapisan lumpur buatan yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
  - Air dimasukkan ke dalam kolam untuk menghilangkan pengaruh semen dan menjaga badan pematang yang masih berupa tanah tidak jebol akibat tekanan air dari dalam kolam.
  - Keringkan kolam.
  - Kolam diisi air kembali
Untuk menghindari terjadinya erosi pematang dapat ditanami dengan tanaman yang juga dapat berfungsi sebagai peneduh, pakan tambahan ikan atau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tanaman yang sering digunakan adalah lamtoro gung (Leucaena glauca), turi (Sesbania grandiflora), pisang, sente dan berbagai jenis sayur-mayur.  Selain itu menurut Susanto (2009) agar tanah tidak longsor maka bagian atas pematang sebaiknya ditanami rumput.
Kolam yang telah selesai digunakan untuk produksi budidaya ikan dapat dilanjutkan lagi untuk proses produksi budidaya berikutnya dengan dilakukan beberapa persiapan yaitu pengeringan/penjemuran tanah dasar dan pengolahan tanah, termasuk perbaikan pematang (misalnya pada kolam tanah), pengapuran dan pemberantasan hama dan parasit.
 
1. Penjemuran Tanah Dasar
Tanah dijemur sampai kering di musim kemarau yang ditandai dengan tanah dasar sampai retak-retak. Bila kolam sudah terlalu lama dioperasikan, lumpur kolam diangkat terlebih dahulu. Pencucian dasar kolam akan mempersingkat waktu penjemuran (musim hujan). Pencucian akan menguras bahan organik, mengurangi unsur hara yang tidak diinginkan, dan akan mematikan bakteri dalam waktu singkat. Penjemuran ini berfungsi untuk membunuh hama, bakteri dan parasit yang ada di kolam, mempercepat perubahan bahan organik menjadi bahan mineral yang berguna, menguapkan gas-gas racun, memperkaya oksigen tanah dasar, atau dan menaikkan pH tanah dasar.
 
2. Pengapuran
Pengapuran dilakukan setelah penjemuran dan pembalikan tanah dasar. Pengapuran dengan beberapa jenis kapur adalah sebagai berikut :
a. Dengan kapur Pertanian  (Ca CO3)
Kapur ini merupakan kapur terbaik untuk pengapuran kolam. Sebaiknya kapur digiling halus agar cepat bereaksi dengan air atau lumpur. Kapur ini dapat digunakan bersama-sama dengan pemupukan dan penambahan air. Tujuan pengapuran ini adalah :
- Mengurangi kandungan ammonia dan nitrit yang berbahaya;
- Mempercepat proses mineralisasi;
- Mencegah perubahan pH secara dratis;
- Meningkatkan dan mengatur pH yang dikehendaki.

b. Dengan kapur Sirih ( Ca O ) atau kapur Tembok/Tohor ( Ca(OH)2 )
Pengapuran ini bertujuan untuk :
- Memberantas hama, bakteri dan parasit;
- Mensterilkan kolam.
Penggunaan kapur ini harus digunakan secara tepat karena jika digunakan dalam dosis tinggi akan meningkatkan pH yang terlalu tinggi pula dan dapat mematikan ikan.  Kapur ini kadang digunakan untuk kolam yang tidak ada ikannya atau pada tanah dasar kolam yang telah dikeringkan. Jika digunakan kapur tohor, dosis yang disarankan 50 gr/m2.
c. Dengan dolomit
Penggunaan dolomit dapat digunakan secara terpisah atau bersamaan dengan pupuk. Kapur ini berfungsi untuk menjaga kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dan air. Dosis yang digunakan10-20gr/m2.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
3. Pemupukan.
Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan kesuburan kolam sehingga tumbuh-tumbuhan air ataupun biota-biota air yang menjadi makanan alami ikan dapat tumbuh dengan baik, misalnya jenis-jenis ganggang, plankton, protozoa, benthos dan lain-lain. Pemupukan dapat menggunakan pupuk kandang (organik), kompos jerami dan pupuk buatan (anorganik). Setelah pengeringan dan pengapuran air dimasukkan ke dalam kolam setinggi 10-20 cm kemudian dipupuk. Kolam intensif tidak perlu dipupuk untuk menumbuhkan pakan alami. Pupuk organik sudah banyak tersedia yang berasal dari sisa pakan buatan dan kotoran ikan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di seluruh permukaan dasar kolam.
Pupuk tanah dasar disebar merata berupa campuran Urea 5 gram/m2 + TSP 10 gram/m2, atau Kompos 50 gram/m2 + TSP 7,5 gram/m2, atau hanya kotoran ayam/unggas 200 gram/m2.

B. PENYEDIAAN AIR
Penyediaan air dilakukan dengan pengisian air secukupnya dan dibiarkan selama 2-3 hari untuk memberikan kesempatan bakteri probiotik atau pakan dasar tumbuh. Setelah pakan alami tumbuh kolam diisi air lagi sampai kedalaman tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Kemudian kolam dibiarkan sampai diperkirakan pakan alami sudah tumbuh dengan baik, dapat diamati dari warna air kolam hijau agak kecoklatan ( + 10 hari). Pemupukan susulan dengan pupuk buatan yaitu campuran (urea 30 gram + TSP 2,5 gram)/m2 dapat dilakukan apabila kesuburan kolam tampak menurun. Selanjutnya air ditambah sesuai dengan tujuan, untuk pendederan 60 – 110 cm, sedangkan untuk pembesaran minimal 120 cm.

C. PENANGANAN PENEBARAN BENIH
Penebaran benih  bertujuan untuk menempatkan ikan dalam wadah budidaya dengan kepadatan tertentu. Padat penebaran benih adalah jumlah benih yang ditebarkan per satuan luas atau volume. Semakin tinggi padat penebaran benih pemeliharaannya juga semakin intensif karena kebutuhan oksigen dan pakan serta buangan sisa metabolisme dan pakan juga semakin bertambah.  Sebagai pedoman untuk padat penebaran beberapa jenis ikan dapat dilihat pada lampiran.
Benih sebaiknya dipilih yang berukuran seragam, sehat dan tidak cacat. Benih diambil dari pembenih terpercaya, atau dan pedagang terpercaya.
Benih yang sehat memiliki ciri-ciri antara lain :
1. Perenang aktif, gerakannya normal, tanggap terhadap rangsangan fisik, dan tidak ada luka;
2. Badan bersih, berkulit/bersisik licin, tidak ada tanda-tanda terserang jamur, atau parasit;
3. Berbadan memanjang, padat dan berisi;  atau/dan
4. Bersertifikat.
Sebelum benih ditebarkan di kolam, penting sekali dilakukan proses adaptasi benih (aklimatisasi) dengan kondisi air yang baru dengan cara :
1. Benih ditenangkan 2 – 5 jam  untuk mengurangi stress akibat pengangkutan.
2. Kemudian diadaptasikan dengan air media/kolam dengan meletakkan kantong plastik benih di permukaan air kolam selama 5 – 10 menit.
3. Masukkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong benih untuk menyesuaikan dengan suhu dan pH.
4. Dilakukan proses sanitasi benih dicelup larutan garam 200-300 gr/m3 + MB (1-2 cc/m3) selama beberapa detik (untuk mengobati luka).
5. Benih ditebarkan ke kolam secara perlahan-lahan
6. Dilakukan sampling jumlah benih untuk menentukan kepadatan dan kebutuhan pakan.
Waktu penebaran paling baik dilakukan pagi hari, atau sore hari ketika air kolam sudah dan masih sejuk; pilih cuaca yang cerah. Bila mendung ada kemungkinan sesudah penebaran turun hujan, mengakibatkan ikan mudah stress, bahkan dapat mematikan.

D. PENGELOLAAN KUALITAS AIR
Kebersihan dan kesehatan air sangat penting dalam budidaya ikan. Air yang kurang atau tidak bersih sering mengandung kuman penyakit atau zat yang bersifat racun sehingga dapat mengganggu kesehatan ikan. Upaya mendapatkan air bersih dapat dilakukan dengan cara mengamati asal sumber air yang akan digunakan.  Sumber air yang baik antara lain :
1. Sumber air bukan berasal dari sungai yang digunakan untuk membuang limbah industri.
2. Sumber air bukan berasal dari comberan, karena air comberan umumnya mengandung kuman penyakit yang dapat menyerang ikan.
3. Sumber air tidak terpolusi oleh bahan-bahan yang berbahaya misalnya minyak.
Memelihara ikan berarti pula memelihara air. Pengelolaan air dalam budidaya ikan bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang baik bagi ikan agar dapat hidup dan tumbuh maksimal.
Kualitas air secara luas dapat diartikan sebagai setiap faktor fisik, kimia dan biologi yang mempengaruhi manfaat penggunaan air bagi manusia baik langsung maupun tidak. Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu fisika (suhu, transparansi), kimia (oksigen terlarut, CO2 bebas, pH, Alkalinitas) dan biologi (keberadaan plankton, keberadaan bentos)

a. Parameter Fisika
1. Suhu
Suhu air adalah salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan.  Suhu air dapat mempengaruhi pertukaran zat-zat atau metabolisme makhluk hidup dan dapat mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu perairan, semakin sedikit oksigen yang dapat terlarut di dalamnya.
Suhu air optimal untuk daerah tropis biasanya berkisar 25-30 oC.  Menjaga suhu optimal untuk pertumbuhan merupakan suatu hal yang penting. Perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi 5 oC dan tidak boleh terjadi perubahan suhu secara mendadak/drastis. Goncangan suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Suhu harian jangan sampai berguncang lebih dari 5 oC. Salah satu cara agar tidak terjadi perguncangan, adalah dengan menjaga ketinggian air kolam rata-rata di atas 120 cm;
2. Kekeruhan Air
Kekeruhan air dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indra kita. Air yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang disebabkan oleh lumpur dapat mengganggu pernapasan dan mempengaruhi nafsu makan ikan. Namun apabila kekeruhan tersebut disebabkan oleh plankton justru sangat diharapkan karena selain sebagai sumber pakan alami juga dapat menjadi penghasil oksigen.
Cara termudah untuk membedakan kekeruhan tersebut adalah dengan mengambil contoh air dalam gelas kaca dan membiarkannya beberapa saat. Apabila terlihat endapan lumpur di dasar gelas, berarti kekeruhan disebabkan oleh lumpur. Sebaliknya bila air masih terlihat berwarna seperti awalnya tanpa endapan lumpur, berarti kekeruhan disebabkan oleh plankton.
3. Warna air dan tanah
- Air berwarna coklat kehijauan (baik) dan coklat kekuningan dan air tetap jernih baik bagi pertumbuhan dan kehidupan ikan.
- Air berwarna hijau mengkilap, hijau kebiru-biruan, atau merah  tidak baik bagi kehidupan ikan.
- Tanah dasar berwarna hitam; banyak bahan organik menumpuk, atau dan terjadi pembusukan tidak baik bagi kehidupan ikan peliharaan.
b. Parameter Kimia
1. Oksigen Terlarut (DO)
Ikan memerlukan oksigen terlarut yang cukup untuk hidup dan pertumbuhannya. Kadar minimum oksigen terlarut yang diperlukan untuk kelangsungan hidup ikan bervariasi. Ikan kadang-kadang sanggup hidup dalam keadaan kadar oksigen terlarut rendah selama beberapa jam tanpa menimbulkan pengaruh yang berarti, tetapi akan segera mati bila keadaan tersebut berlangsung selama beberapa hari. 
Kandungan oksigen harus dipertahankan diatas 5 ppm untuk memperoleh produksi optimal.  Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan pertumbuhannya.
2. pH (Derajat Keasaman)
Keasaman air atau populer dengan istilah pH sangat berperan bagi kehidupan ikan. Umumnya pH yang cocok untuk semua jenis ikan antara 6,7 – 8,6. Namun ada beberapa jenis ikan yang daat bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat tinggi maupun rendah, sekitar 4-9, karena lingkungan hidup aslinya di rawa misalnya ikan sepat siam.
Pada pagi hari jam 08.00, bila pH air kurang dari 6,5 segera ditaburi CaCO3 25 gr/m3 airmedia, dan bila pH air lebih dari 8,5 segera diadakan pergantian air kolam, atau ditaburi dengan pupuk organik 25 gr/m3 air media.
3. Amonia dan Nitrit  
Amonia merupakan zat buang terlarut hasil metabolisme ikan oleh perombakan protein, baik dari kotoran ikan sendiri maupun dari sisa pakan. Sisa pakan biasanya akan membusuk sehingga kadar amonia meningkat.  Nitrit (NO2) merupakan gas beracun bagi ikan. Nitrit merupakan hasil perombakan protein yang merupakan ikutan dari amonia. Pada air kotor karena terlalu banyak ikan biasanya mempunyai kadar nitrit yang tinggi.
Kandungan amonia dan nitrit dapat dikurangi ataupun dihilangkan dengan cara penggantian air, pemberian aerasi, penguapan, maupun reaksi kimia dengan oksigen.
c. Parameter Biologi
Ketebalan plankton dijaga 30 – 35 cm. Plankton (phytoplankton) menghasilkan oksigen pada siang hari dan dapat membuang unsur-unsur yang menimbulkan racun bagi ikan dan udang, sedang pada waktu malam mengkonsumsi oksigen. Semakin banyak dan beragam makhluk hidup dalam suatu perairan berarti semakin tinggi pula tingkat kesuburan perairan tersebut.

 E. PENGELOLAAN PAKAN
Pakan merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan. Ikan harus tumbuh tidak sekedar untuk mempertahankan kondisi tubuh tetapi juga untuk menumbuhkan jaringan otot/daging. Pengelolaan pakan yang baik akan meningkatkan produktifitas kolam, meningkatkan daya guna pakan dan memperkecil nilai konversi pakan sekaligus dapat menekan biaya operasional kolam.
Prinsip-prinsip manajemen pakan meliputi :

1. Tepat mutu , nilai gizi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan;
Kualitas pakan berkaitan dengan jenis ikan yang dipelihara. Ikan lele dan patin relatif membutuhkan kadar protein yang lebih tinggi.  Produktivitas kolam dapat meningkat apabila ditunjang dengan kestabilan kualitas pakan yang tinggi. Berikut disampaikan jenis dan komposisi pakan ikan/pelet.
Tabel 1. Jenis dan Komposisi Pakan 1
No.
Jenis pakan
Jenis Ikan
Kadar Protein
(%)
1
Terapunglele/patin (masa awal)
30-32

lele/patin (masa pertumbuhan)
30-32

lele/patin (masa akhir)
28-30

gurami (masa awal)
26-28

gurami (masa pertumbuhan)
26-28

gurami (masa akhir)
24-26

nila/mas (masa awal)
25-27

nila/mas (masa pertumbuhan)
20-22

nila/mas (masa akhir)
20-22

benih ikan
38-40


2
Tenggelamnila/mas (masa awal)
28-30

nila/mas (masa pertumbuhan)
28-30

nila/mas (masa akhir)
28-30
benih ikan
40-42
Sumber : CP Group

Tabel 2. Jenis dan Komposisi Pakan 2
No.
Jenis pakan
Jenis Ikan
Kadar Protein
(%)
1
Terapunglele (benih)
38

lele (induk)
36

lele (budidaya)
28-30; 31-33

gurami
25

patin
28-30

nila
28

mas
25-28


2
Tenggelammas
28-30

lele
28

nila
25
patin
28
Sumber : PT Matahari Sakti

2. Tepat jenis, disesuaikan umur, ukuran dan jenis ikan;
Jenis pakan di dalam budidaya ikan terdiri dari empat kelompok yaitu pakan hidup (pakan yang diberikan pada ikan dalam keadaan hidup), pakan segar (pakan yang diberikan dalam keadaan segar/dibekukan dalam freezer dan bentuk asli pakan ini sama seperti ketika masih hidup), pakan tambahan dan pakan buatan (pakan yang dibuat dari berbagai bahan makanan kemudidan diramu dengan resep tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi lengkap).
3. Tepat bentuk, disesuaikan dengan umur dan cara makan ikan ;
Ukuran pakan ditetapkan dengan mempertimbangkan ukuran bukaan mulut ikan. Semakin besar ukuran ikan, bukaan mulutnya semakin lebar, maka ukuran pakannya juga semakin besar. Bentuk pakan, baik kering maupun lembab, sangat beragam. Pakan kering dapat dibuat dalam bentuk pellet ( berbentuk batang, bulat atau bulat panjang dengan ukuran 3-3,5 mm), remah (1-2 mm), butiran dan tepung, yang sebenarnya berasal dari pellet yang digiling, lalu diayak dengan mata ayakan tertentu sesuai bentuk yang diinginkan. Pakan lembab dapat berbentuk bola atau roti kukus sedangkan pakan basah berbentuk bubur atau pasta.
Bentuk pakan buatan untuk ikan diberikan berdasarkan umur ikan dengan salah satu contoh ditunjukkan dalam tabel berikut
Tabel 3. Bentuk Pakan Buatan untuk Ikan
No.
Umur Ikan
Bentuk Pakan
1
s.d. umur 20 hari
Emulsi
2
Umur 20-40 hari
Tepung halus
3
Umur 40-80 hari
Tepung kasar
4
Umur 80-120 hari
Remah
5
Umur > 120 hari
Pelet
Sumber : Mudjiman (2004)
 

4. Tepat saji, disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan (permukaan, melayang, atau dasar);
5. Tepat dosis, disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah ikan harian, waktu dan cuaca harian; persentase pakan harian disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jenis ikan dan ukurannya sebagai berikut :

Tabel 4. Persentase pakan harian pada beberapa jenis ikan

No.
Jenis Ikan
Masa awal
Masa pertumbuhan
Masa akhir
Berat ikan rata-rata
2-20 gr
20-50 gr
50-100 gr
100-300 gr
300-600 gr
> 600 gr
1
lele
6-8 %
4-6 %
3-4 %
2-3 %
2-3 %
1-2 %
2
patin
6-8 %
4-6 %
3-4 %
2-3 %
2-3 %
1-2 %
3
nila
5-6 %
4-5 %
3-4 %
2-3 %
2-3 %
1-2 %
4
mas
5-6 %
4-5 %
3-4 %
2-3 %
2-3 %
1-2 %
5
gurami
3-4 %
3-4 %
3-4 %
2-3 %
2-3 %
1-2 %
Sumber : CP Group
 

6. Tepat waktu, disesuaikan dengan waktu lapar (pagi, siang, sore atau/dan malam);

7. Tepat frekuensi, semakin muda, kecil dan pendek alat pencernaan akan lebih sering (dapat lebih dari 5 kali / hari). Setiap frekuensi volume (sub dosis) tidak harus sama. Frekuensi pemberian pakan adalah berapa kali pakan diberikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut :

Tabel 5. Frekuensi, Waktu dan Proporsi Pemberian Pakan

No.
Ukuran Ikan
Frekuensi
Waktu Pemberian Pakan
Proporsi Pemberian
 (gram)
(kali)
(dalam WIB)
 (%)
1
10
5
06.00; 09.00; 12.00 ; 15.00; 18.00
15, 20, 20, 30, 15
2
20
4
07.00; 11.00; 15.00; 19.00
20, 30, 30, 20
3
30
3
07.00; 12.00; 17.00
30, 40, 30
Sumber :  Effendie (2004)
 

8. Tepat cara pemberian, misalnya dionggokkan di anco,  disebar selang-seling atau disebar merata ke seluruh permukaan air.

Berdasarkan prinsip yang sesuai dengan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB),  beberapa hal yang berkaitan dengan pakan antara lain :
1. Pakan yang memenuhi syarat :
   – mengandung nutrisi yg sesuai kebutuhan;
   – tidak mengandung racun, bahan pencemaran, atau mengakibatkan pencemaran
   – tidak mengandung antibiotik dan hormon
   – telah terdaftar
   – masih layak digunakan, tidak mengalami perubahan fisik
2. Pemberian pakan tidak dicampur antibiotik dan hormon
3. Bahan baku pakan, additive dan suplemen
    – tidak membahayakan
   – harus dilakukan pemeriksaan fisik dan lab terhadap kand. bahan asing, bahan kimia, mikroorganisme   beracun
4. Penyimpanan Pakan
    – Terpisah dari bahan-bahan kimia dan obat2an yang lain
    – Tempat penyimpanan dpt mempertahankan kualitas pakan

F. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN
Hama Ikan adalah organisme yang pada suatu waktu berada dilingkungan kolam,atau/dan di dalam kolam, serta merugikan usaha pemeliharaan udang/ikan. Bermacam-macam hama dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Hama Pemangsa;
Berupa serangga, ular, linsang, burung, ikan liar, moluska, dll.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Semprot dengan minyak tanah 1 ml/m2 permukaan air;
2. Kunjungan ke kolam sesering mungkin;
3. Sebar garam dapur, minyak tanah, atau oli bekas pada permukaan tanggul luar/tanggul utama;
4. Tanam tumbuhan yang menyengat (kamijara, burus dll.)
2. Hama Pesaing Pakan, Ruang Gerak, dll. ;
Berupa ikan liar dan tumbuhan air.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;
2. Jaga kedalaman air minimal 70 cm.
3. Pengontrolan air media & kolam diintesifkan.

3. Hama Peracun;
Berupa Alga fitoflagelata, kodok,dll.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;
2. Pengontrolan airmedia & kolam diintensifkan.
3. Penaburan bakteri probiotik, seperti : starbio, BN-9, cooper control dsb.;
4. Seperti hama pemangsa butir a, b, & c.

4. Hama Pengganggu;
Berupa gulma air, binatang, dll.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;
2. Pengontrolan airmedia & kolam diintensifkan.
3. Penaburan bakteri probiotik, seperti : starbio, BN-9, cooper control dsb.;
4. Pemasangan pagar keliling pada tanggul terluar.

5. Hama Perusak;
Berupa kepiting, belut, moluska, dll.
Pencegahan antara lain dengan :
1. Semprot saponin/rotenon di tanggul keliling;
2. Berantas dengan Brestan 60 di tahap persiapan.
* Parasit adalah organisme yang dalam memenuhi kebutuhan hidup menempel kepada pada organisme lain yang hidup ataupun benda mati (plankton, tanaman & hewan air, moluska, dll.). Pencegahan dilakukan dengan melaksanakan kegiatan I – V pada sapta usaha secara baik.
* Virus dapat hidup pada benda mati; Pencegahan dan pengendalian antara lain dengan menaikan/menjaga suhu air maksimal pada kisaran suhu pertumbuhan.
* Bakteri dapat hidup pada benda mati; Pencegahan dan pengendalian antara lain dengan :
1. Menjaga kandungan amoniak tidak melibihi batas pertumbuhan ikan;
2. Memperbaiki kualitas pakan;
3. Mengurangi kandungan bahan organik di kolam.
* Pencegahan dan pengendalian Jamur/Fungi dilakukan dengan Menaikan pH air maksimal pada kisaran pertumbuhan ikan/udang peliharaan.
* Protozoa ; Pencegahan dan pengendalian; Menaikan pH air maksimal pada kisaran pertumbuhan ikan/udang peliharaan.

Penyakit adalah suatu micro-organisme yang menyebabkan salah satu fungsi organ ikan terganggu. Kesalahan penanganan dalam pemeliharaan akan menimbulkan bermacam penyakit seperti :
1. Penyakit non-infeksi / tidak menular,
a. Stress diakibatkan terjadi perguncangan lingkungan atau karena turunan;
b. Kurang gizi diakibatkan mutu pakan jelek;
c. Keracunan diakibatkan air tercemar; perombakan bahan organik/pakan-alami, atau mutu pakan jelek;
d. Cacat diakibatkan faktor turunan.
2. Penyakit infeksi sangat menular
a. Penyakit Viral, diakibatkan virus;
b. Penyakit bacterial, diakibatkan bakteri;
c. Penyakit parasiter, diakibatkan oleh jamur, protozoa dan metozoa.

PROSES IKAN TERSERANG PENYAKIT
Penyakit timbul akibat interaksi antar ketiga unsur tersebut di bawah ini :
1. Lingkungan kolam yang selalu berubah,
2. Perkembang-biakan bakteri patogen, jamur, virus, atau parasit, dan
3. Kondisi ikan yang jelek
A. Pergoncangan lingkungan hidup ikan :
1. Perubahan suhu harian tidak boleh > 5 0C;
2. Perubahan pH harian tidak boleh lebih dari 2 ;
3. Perubahan oksigen harian tidak boleh lebih dari 5 ppm.
Bila lebih akan berakibat ikan menjadi mudah stress, lemah, dan kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit
Penyebab terjadi pergoncangan :
1. Suhu → Kedalaman air rata-rata harian kurang dari 100 cm
2. PH → kandungan bahan organik tinggi

3. Oksigen → kepadatan ikan tinggi, kepadatan plankton tinggi, atau/dan terjadi proses pembusukan di dasar kolam.
B. Kandungan Bahan Kimia

1. Kandungan Karbondioksida (CO2) < 20 ppm

2. Kandungan Amoniak (NH3)dan (NH4) & NH3 < 1 ppm  dan NH4

3.Kandungan Nitrit dan Nitrat (NO2 dan NO3) →NO2 3
4. Gas Sulfur (H2S) < 1 ppm

 Bila melebihi batas maksimal  berakibat :
1. Dapat meracuni ikan
2. Parasit (bakteri, protozoa dan metazoa) mudah berkembang biak.
 Penyebab kelebihan :
1. CO2  → Kepadatan organisme di kolam terlalu tinggi.
2. Amoniak → Penguraian bahan organik tinggi
3. Nitrit dan nitrat → Penguraian amoniak oleh bakteri
4. H2S → Pembusukan dan penguraian oleh mikroorganisme anaerob
C. Parasit
1. Tahan terhadap pergoncangan suhu, pH atau /dan oksigen terlarut dalam air. Jamur berkembang baik pada pH rendah
2. Mudah berkembang biah bila unsure NH3 tinggi, terutama bagi bakteri dan protozoa.
D. Kondisi  Ikan
Stress → menurunkan daya tahan tubuh ;
Kurang Gizi → ikan menjadi lemah dan pucat;
Keracunan → Menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit atau malah mematikan

F.  KEGIATAN PANEN, PASCA-PANEN, DAN PEMASARAN
Kegiatan panen, pemilihan mutu, dan transportasi dilakukan pada waktu ikan atau udang dipindahkan dari suatu tempat produksi ke tempat konsumen pemakai, atau/dan konsumen akhir. Seperti dari kolam pembenihan ke kolam pendederan, dari kolam pendederan ke kolam pembesaran, dan/atau ke konsumen pemakai.
Kegiatan pemilihan mutu, transportasi, pengeringan dan pengisian kolam selama periode pertumbuhan ikan sedapat mungkin dihindarkan sebab dapat menimbulkan kerugian besar atau kehilangan produksi.
Panen ikan
Panen ikan merupakan kegiatan terakhir suatu periode budidaya ikan. Panen dilakukan menurut jadwal yang dibuat pada ukuran tertentu, atau pada saat pasaran / harga baik. Paling baik berlangsung pagi hari dan diharapkan sebelum jam 08.00 sudah selesai panen.
Panen harus dilakukan pada kondisi temperatur air yang relatif rendah sehingga stress pada ikan dapat ditekan sekecil mungkin. Keadaan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi kandungan gas terlarut, daya racun gas tertentu  dan proses metabolisme naik, maka penangkapan pada temperatur tinggi akan mudah mengakibatkan stress.
Metode panen dan alat yang akan dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis, sifat dan ukuran ikan sehingga tidak menimbulkan luka-luka. Salah satu cara adalah pengurangan volume air, kemudian ikan tergiring terbawa bersama-sama massa air surut : ikan gurameh, nila (ikan dimersal) atau dijebak ke dalam petak pemanenan dengan aliran air segar dan kemudian seluruh penangkapan ikan dilakukan dipetak pemanenan. Cara lain, luas kolam disempitkan dengan jaring yang membentang di kedua sisi, sekaligus berfungsi menggiring ikan pada sudut yang ditentukan untuk penangkapan.
Pasca-panen
Pasca-panen merupakan kegiatan perlakuan terhadap ikan baru tertangkap sampai ikan siap dipasarkan. Seperti penampungan, pemilihan mutu, pengemasan, dan pendistribusian. Ini sangat penting, karena apabila sampai gagal akan mengakibatkan kualitas ikan turun drastis dan dapat menyebabkan harga jatuh.
1.Penampungan
Ikan harus ditampung terlebih dahulu untuk memulihkan kondisi akibat penderitaan selama proses penangkapan. Petak penampungan dapat berfungsi sebagai tempat pemilihan : ukuran, jenis kelamin, pemeriksaan kesehatan ikan, dan pemberokan untuk persiapan pengangkutan.
Lama waktu penampungan tergantung kepada tujuan. Apabila ditujukan untuk mengistirahatkan maka lama penampungan cukup dengan waktu antara 2 - 5 jam ; ditujukan untuk penganngkutan keluar daerah maka lama penampungan antara 1 – 5 hari tanpa diberi pakan : kalau ditujukan untuk menghilangkan aroma tertentu maka lama penampungan antara 12 – 21 hari dengan air mengalir dan diberi pakan.
2. Pemilihan Mutu / Seleksi Ikan
Seleksi ikan sangat penting dilakukan karena efisiensi dan konversi pakan sangat bergantung pada ukuran ikan dan jenis pakan yang diberikan. Kegiatan pemilihan dapat dilakukan sebelum atau ketika dalam petak penampungan.
Alat pemilihan mutu, dapat berupa kolam parit dengan kisi-kisi dari berbagai ukuran, atau dengan jaring  (grader) dengan mesh-size (ukuran mata jaring) tertentu yang ditarik sepanjang kolam, atau dengan ayakan yang disesuaikan dengan ketebalan/diameter tubuh ikan, atau dengan tangan di meja seleksi . Penanganan seperti di atas dapat menimbulkan stress atau luka hingga memudahkan ikan terserang penyakit.
Atau dengan kolam parit/mengalir yang dipasang kisi-kisi dengan jarak tertentu seperti contoh pada tabel.
Tabel 1.  Ukuran (cm) Antar Kisi-kisi Berdasarkan  ketebalan tubuh tiga species ikan nila
Berat
rata-rata
S. Aureus
O. Niloticus
S. Niger
> 5 gr
10
25
> 250
1,06
1,30
1,73
3,60
0,99
1,23
1,65
3,45
0,97
1,19
1,40
-
1,03
1,32
1,74
3,76
1,00
1,25
1,70
3,50
  
3. Pengemasan
Wadah pengangkut ikan harus kuat, ringan tidak mencemari air, higenik, ekonomis dan tidak melukai ikan. Ukuran disesuaikan dengan jenis, sifat, ukuran dan jumlah ikan. Wadah yang berasal dari plastik berupa drum atau kantong merupakan tempat yang ideal, kemungkinan terjadi luka akibat gesekan dengan wadah kecil. Hindari pengemasan ikan dengan kantong plastik terutama bagi ikan yang memiliki duri keras (nila), patil (lele), atau bersisik keras (ikan gurameh dan sejenisnya).
Sistem pengemasan pada prinsipnya dikelompokkan menjadi ; sistem kering, sistem basah, terbuka dan tertutup. Penggunaannya tergantung pada tujuan, jenis dan ukuran ikan, jarak yang ditempuh, lama waktu, dan macam kendaraan pengangkut. Air kemasan harus memenuhi kualitas air media dan sesuai dengan jenis ikan tersebut, sedang kuantitas air bergantung pada ukuran, jumlah ikan, dan lama pengangkutan.
Distribusi
Pengangkutan ikan, kebanyakan dilakukan bersama air (sistem basah). Perbandingan air, oksigen dan jumlah ikan akan membatasi lama waktu pengangkutan. Oleh karenanya, pada setiap pengangkutan ikan harus dalam kondisi mengkonsumsi oksigen sekecil mungkin oleh karena itu ikan dikondisikan tidak makan (puasa), suhu air rendah 20-24 0C (didinginkan dengan es), atau pada kondisi mati rasa. Penambahan oksigen selama pendistribusian dapat dilakukan dengan; memperluas kontak permukaan air dan udara, memompakan/menambah aliran udara dalam air, atau (sistem terbuka), dan pemberian oksigen murni (sistem tertutup).
Pendistribusian harus dilakukan pada kondisi yang memungkinkan tidak terjadi perubahan temperatur diluar kisaran yang sesuai bagi kehidupan ikan tersebut. Penyimpanan kemasan ikan terbaik diruang yang bersuhu rendah dan stabil. Kendaraan pengangkut sistem tertutup lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pengatur suhu ruangan, dan atau penyuplai udara.
Pengangkutan di malam hari lebih baik, mengingat keadaan temperatur relatif rendah dan lama waktu tempuh dapat lebih pendek. Ikan sebaiknya telah sampai ditempat tujuan (penampungan/pasar) pada waktu pagi sebelum jam 06.00 dan diharapkan penebaran ikan (benih /induk) telah selesai sebelum jam 10.00 sehingga pengaruh pemanasan matahari masih kecil dan ikan dapat beradaptasi dengan baik.


BAHAN BACAAN

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 103 hal.
Anonim. 2004. Biologi Ikan Air Tawar. www.ut.ac.id/ol-supp/luht4453/biologi.htm
Cahyono, B. 2000.  Budidaya Ikan Air Tawar Ikan Gurami, Ikan Nila, Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta. 113 hal.
Cholik, F., A. Wiyono dan R. Arifudin. Pengelolaan Kualitas Kolam. Dirjen Perikanan Jakarta. 48 hal.
Effendi, H. 2003.  Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta. 258 hal.
Handajani, H. Dan S.D. Hastuti. 2002. Budidaya Perairan. Bayu Media dan UMM Press. 201 hal.
Susanto, H. 2009. Kolam Ikan + Ragam Pilihan dan Cara Membuat. Penebar Swadaya. Jakarta.

                                                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar