Kultur Cacing sutra
(Tubifex sp)
A. TENTANG CACING SUTRA (Tubifex sp)
Salah satu diantara banyak
pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal dengan cacing rambut. Cacing
sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah bisa memakan pakan
alami. Cacing sutra ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar
ke dalam air karena lebih sukai ikan. Cacing sutra (Tubifex sp) cukup mudah
untuk dijumpai, dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya.
Kemampuannya beradaptasi dengan kualitas air yang jelek membuatnya
bisa dipelihara di perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan tercemar
sekalipun. Selain itu juga bisa bertahan lama hidup di air dan nilai gizi yang
ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Berbagai keunggulan ini
membuat cacing sutra (Tubifex sp)
menjadi primadona pakan alami bagi dunia pembenihan. Namun ketersediaan pakan
alami berupa cacing sutra masih tergantung pada kondisi alam sehingga dalam
waktu – waktu tertentu sulit diperoleh.
Tubifex
merupakan salah satu jenis pakan alami ikan yang hidup didasar perairan tawar.
Tubifex ini biasanya ditemukan pada dasar perairan yang mengalir dan banyak
mengandung bahan organik. Tubifex mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya
yang seperti benang sutra dan berwarna merah kecoklatan karena banyak
mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30 – 60 segmen
atau ruas. Tubifek membenamkan kepalanya ke dalam lumpur
untuk mencari makan dan ekornya di sembulkan di permukaan dasar untuk bernafas.
Tubifex berkembang baik pada media yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut berkisar antara 2,75 – 5, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air antara 6 – 8.
Tubifex
bersifat hermaprodit. Pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin. Telur
Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan
dibuahi oleh cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan.
Pembuahan menghasilkan kokon yang berukuran panjang kira-kira 1,0
mm dan garis tengahnya 0,7 mm. Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari
salah satu segmen tubuh cacing yang disebut klitelum. Jumlah telur dalam setiap
kokon berkisar antara 4 – 5 buah. Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif
singkat yaitu 50 – 57 hari. Induk tubifex dapat menghasilkan kokon setelah
berumur 40 – 45 hari. Sementara proses perkembangan embrio didalam kokon
berlangsung selama 10 – 12 hari.
Tubifex
dapat dibudidaayakan dan dapat digunakan langsung untuk pakan larva atau benih
ikan. Tubifex dapat juga disimpan dalam bentuk cacing beku.
Klasifikasi:
Filum :
Annelida
Kelas :
Oligochaeta
Ordo :
Haplotaxida
Famili :
Tubificidae
Genus :
Tubifex
Spesies :
Tubifex sp.-
Pengembangan pakan alami cacing sutra masih tergolong
tradisional. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan akan cacing sutra didapat dari
alam. Hal tersebut dikarenakan teknologi budidaya dari cacing sutra ini belum
berkembang dengan baik, sehingga masih mengandalkan tangkapan dari alam. Proses
pengambilan cacing sutra dari alam membutuhkan penanganan khusus dan ketelatenan agar didapatkan
cacing yang tahan dan dapat hidup di luar habitatnya hingga dapat
didistribusaikan kepada konsumen.
Kandungan gizi cacing sutra cukup baik bagi pakan ikan
yaitu berupa protein (57 %),
lemak (13,3 %), serat kasar (2,04 %), kadar abu (3,6 %) dan air (87,7 %).
Kandungan nutrisi cacing sutra tidak
kalah dibanding pakan ikan alami lainya seperti Infusoria, Chalama
domunas, Kotioero Monas .sp, Artemia .sp (Khairuman et al., 2008)
B. PRAKTEK KULTUR CACING SUTERA (Tubifex Sp.)
- Tabur tanah berlumpur setinggi 15 cm di dalam bak kultur cacing.
- Taburkan pupuk kandang (pupuk sapi yang sudah kering) di atas tanah, dalam bak kultur, setinggi 5 cm.
- Diamkan selama 3 hari
- Setelah 3 hari, bak diairi hingga setinggi 5 cm dari permukaan pupuk
- Diamkan selama 3 hari.
- Setelah 3 hari, tebar cacing Tubifex Sp. 2-3 kg secara merata.
- Beri ampas tahu (sebagai pakan cacing) secara merata.
- Di dalam bak kultur harus ada air mengalir (kucuran air) setiap hari. Kucuran air jangan terlalu deras.
- Pemanenan cacing dapat dilakukan 1 bulan setelah cacing ditebar, atau setelah produksi cacing berlimpah.
- Setiap 3 hari sekali, cacing diberi ampas tahu.
* SELAMAT
MENCOBA *
DAFTAR PUSTAKA
Khairuman, Amri K, dan Sihombing T. 2008. Peluang
Usaha Budidaya Cacing Sutra. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus