Jumat, 14 Februari 2014



Kultur Cacing sutra (Tubifex sp)


A. TENTANG CACING SUTRA (Tubifex sp)
Salah satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal dengan cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah bisa memakan pakan alami. Cacing sutra ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar ke dalam air karena lebih sukai ikan. Cacing sutra (Tubifex sp) cukup mudah untuk dijumpai, dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya. Kemampuannya beradaptasi dengan kualitas air yang jelek membuatnya bisa dipelihara di perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan tercemar sekalipun. Selain itu juga bisa bertahan lama hidup di air dan nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Berbagai keunggulan ini membuat cacing sutra (Tubifex sp) menjadi primadona pakan alami bagi dunia pembenihan. Namun ketersediaan pakan alami berupa cacing sutra masih tergantung pada kondisi alam sehingga dalam waktu – waktu tertentu sulit diperoleh.
Tubifex merupakan salah satu jenis pakan alami ikan yang hidup didasar perairan tawar. Tubifex ini biasanya ditemukan pada dasar perairan yang mengalir dan banyak mengandung bahan organik. Tubifex mudah untuk dikenali dari bentuk tubuhnya yang seperti benang sutra dan  berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Tubuhnya sepanjang 1-2 cm, terdiri dari 30 – 60 segmen atau ruas.  Tubifek  membenamkan kepalanya ke dalam lumpur  untuk mencari makan dan ekornya di sembulkan di permukaan dasar untuk bernafas.

Tubifex berkembang baik pada media yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut berkisar antara 2,75 – 5, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air antara 6 – 8.
Tubifex bersifat hermaprodit. Pada satu organisme mempunyai 2 alat kelamin. Telur Tubifex dihasilkan oleh cacing yang mengalami kematangan kelamin betina dan dibuahi oleh cacing lain yang mengalami kematangan sel kelamin jantan. Pembuahan  menghasilkan kokon yang berukuran panjang  kira-kira 1,0 mm dan garis tengahnya 0,7 mm. Kokon ini dibentuk oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh cacing yang disebut klitelum. Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar antara 4 – 5 buah. Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 – 57 hari. Induk tubifex dapat menghasilkan kokon setelah berumur 40 – 45 hari. Sementara proses perkembangan embrio didalam kokon berlangsung selama 10 – 12 hari.
Tubifex dapat dibudidaayakan dan dapat digunakan langsung untuk pakan larva atau benih ikan. Tubifex dapat juga  disimpan dalam bentuk cacing beku.

Klasifikasi:
Filum :  Annelida
Kelas : Oligochaeta  
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp.-

Pengembangan pakan alami cacing sutra masih tergolong tradisional. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan akan cacing sutra didapat dari alam. Hal tersebut dikarenakan teknologi budidaya dari cacing sutra ini belum berkembang dengan baik, sehingga masih mengandalkan tangkapan dari alam. Proses pengambilan cacing sutra dari alam membutuhkan penanganan khusus dan ketelatenan agar didapatkan cacing yang tahan dan dapat hidup di luar habitatnya hingga dapat didistribusaikan kepada konsumen.
Kandungan gizi cacing sutra cukup baik bagi pakan ikan yaitu berupa protein (57 %), lemak (13,3 %), serat kasar (2,04 %), kadar abu (3,6 %) dan air (87,7 %). Kandungan nutrisi cacing sutra tidak  kalah dibanding pakan ikan alami lainya seperti Infusoria, Chalama domunas, Kotioero Monas .sp, Artemia .sp (Khairuman et al., 2008) 
                                                                               
B. PRAKTEK KULTUR CACING SUTERA (Tubifex Sp.)
  1. Tabur tanah berlumpur setinggi 15 cm di dalam bak kultur cacing.
  2. Taburkan pupuk kandang (pupuk sapi yang sudah kering) di atas tanah, dalam bak kultur, setinggi 5 cm.
  3. Diamkan selama 3 hari
  4. Setelah 3 hari, bak diairi hingga setinggi 5 cm dari permukaan pupuk
  5. Diamkan selama 3 hari.
  6. Setelah 3 hari, tebar cacing Tubifex Sp. 2-3 kg secara merata.
  7. Beri ampas tahu (sebagai pakan cacing) secara merata.
  8. Di dalam bak kultur harus ada air mengalir (kucuran air) setiap hari. Kucuran air jangan terlalu deras.
  9. Pemanenan cacing dapat dilakukan 1 bulan setelah cacing ditebar, atau setelah produksi cacing berlimpah.
  10. Setiap 3 hari sekali, cacing diberi ampas tahu.

* SELAMAT MENCOBA *



DAFTAR PUSTAKA

Khairuman, Amri K, dan Sihombing T. 2008. Peluang Usaha Budidaya Cacing Sutra. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.



1 komentar: