SAPTA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN
Membudidayakan ikan adalah suatu usaha mengembangbiakkan dan atau
membesarkan ikan dalam kurun waktu tertentu dan dalam suatu tempat budidaya
tertentu, dengan penerapan manajemen usaha budidaya ikan yang sering disebut
dengan penerapan sapta usaha budidaya. Sapta usaha budidaya ikan terdiri dari :
1.
Kegiatan Persiapan Kolam
2. Kegiatan Penyediaan
Air
3. Kegiatan Penanganan Penebaran Benih
4. Kegiatan Pengelolaan Kualitas Air
5. Kegiatan Pengelolaan Pakan
6. Kegiatan
Pengendalian Hama, Bakteri Patogen dan Parasit
7. Kegiatan Panen,
Pascapanen dan Pemasaran
1. Lahan berada
pada ketinggian dan suhu sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidayakan.
2.
Terdapat
sumber air yang cukup selama masa budidaya.
3.
Bebas dari
kemungkinan terjadinya banjir.
4. Bebas dari
pencemaran, baik yang berasal dari limbah industri, pertanian maupun pemukiman.
5.
Lokasi berpotensi untuk area
pengembangan
6.
Didukung
dengan sarana/prasarana yang dibutuhkan.
Budidaya ikan yang diusahakan di
Indonesia mengenal tiga tingkat teknologi, yaitu tradisional/ekstensif, semi
intensif dan intensif. Penjelasan mengenai ketiga jenis budidaya tersebut adalah :
1. Tradisional
a. Padat
penebaran rendah ( < 10 ekor/m2, benih berukuran kecil)
b. Pakan alami
c. Manipulasi
lingkungan sedikit
d. Produktivitas
rendah ( < 1 ton/ha/tahun )
e. Hasil tidak
menentu
2. Semi
Intensif
a. Padat
penebaran sedang ( 10-20 ekor/m2 )
b. Pakan alami
dan tambahan
c. Manipulasi
lingkungan antara lain ganti air, pengapuran
d. Pencegahan
penyakit
e. Produktivitas
sedang (sekitar 2 ton/ha/th)
f. Hasil belum
menentu
3. Intensif
a. Padat
penebaran tinggi (> 30 ekor/m2 atau 5 kg/m2 ), ukuran
benih besar
b. Pakan
buatan/pelet
c. Manipulasi
lingkungan intensif (desain dan konstruksi tempat, pengairan, alat tambahan).
d. Penanggulangan
penyakit
e. Produktivitas tinggi ( > 4 ton/ha/th
atau > 20 ton/ha/panen)
f.
Hasil lebih
pasti
II. PERSIAPAN
KOLAM
Kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kehidupan ikan serta tumbuhan dan hewan air
lainnya sangat mempengaruhi keberhasilan
usaha budidaya. Jenis ikan tertentu menghendaki lingkungan yang tertentu pula
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Penggunaan
media budidaya yang pernah dan bisa diterapkan di Indonesia antara lain kolam
(air tenang dan air deras), tambak, jaring apung, jaring tancap, karamba dan kombongan, sawah (mina padi), pagar, pen
(hampang), longline dan rakit serta
bak, akuarium, tangki dan resirkulasi. Saat ini juga dikenal kolam karpet, olam
terpal, kolam plastik dan klam kayu. Salah satu sistem budidaya yang akan dibahas adalah pemeliharan ikan yang
dilakukan di kolam.
Kolam mempunyai peranan penting
dalam budidaya ikan khususnya di darat (air tawar). Selain sebagai media hidup
ikan, kolam juga berfungsi sebagai sumber makanan alami ikan, sehingga kolam
merupakan tempat yang nyaman bagi ikan dan berpotensi menumbuhkan pakan alami
ikan.
Adapun penggolongan kolam dapat
dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1. Menurut terjadinya, kolam dibedakan menjadi
dua yaitu kolam yang sengaja dibuat untuk memelihara ikan dan kolam yang
terjadi tanpa disengaja.
2. Menurut sumber airnya, ada empat jenis kolam
yaitu kolam tadah hujan, kolam mata air, kolam berpengairan setengah teknis dan
kolam berpengairan teknis.
3. Menurut bentuknya, dikenal empat macam bentuk
kolam yaitu persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran dan segitiga.
4. Menurut fungsinya, kolam dibedakan menjadi
kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam pentasan telur/pemeliharaan
larva, kolam pendederan, kolam pembesaran, kolam penumbuhan pakan alami, kolam
pengendapan dan kolam penampungan hasil.
5. Menurut aliran airnya, kolam dibedakan
menjadi kolam air tergenang dan kolam air mengalir.
Setelah kolam dibuat ada beberapa
langkah tambahan yang perlu dilakukan sebelum kolam digunakan untuk proses
produksi. Berdasarkan jenis kolamnya, langkah-langkah yang harus dilakukan
yaitu :
1. Kolam tanah
a. Dasar kolam dicangkul untuk membentuk lapisan
lumpur yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
b. Air dimasukkan ke dalam kolam agar pematang
menjadi padat.
c. Karena dasar tanah digali, ada kemungkinan
zat beracun dan kandungan logam akan meracuni ikan sehingga kolam harus
dibilas. Kolam dikeringkan setelah direndam air selama beberapa hari.
d. Genangan air di sebagian dasar kolam yang
masih ada harus diratakan.
e. Kolam diisi air kembali
2. Kolam dengan pematang tembok
a. Dasar kolam dicangkul untuk membentuk lapisan
lumpur yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
b. Air dimasukkan ke dalam kolam untuk
menghilangkan pengaruh semen dan menjaga badan pematang yang masih berupa tanah
tidak jebol akibat tekanan air dari dalam kolam..
c. Permukaan dasar kolam diratakan setelah
dikeringkan agar tidak ada genangan air.
d. Kolam diisi air kembali
3. Kolam semen/beton
a. Dasar kolam dipupuk untuk membentuk lapisan
lumpur buatan yang diperlukan untuk menumbuhkan pakan alami.
b. Air dimasukkan ke dalam kolam untuk
menghilangkan pengaruh semen dan menjaga badan pematang yang masih berupa tanah
tidak jebol akibat tekanan air dari dalam kolam..
c. Keringkan kolam.
d. Kolam diisi air kembali
Untuk menghindari terjadinya
erosi pematang dapat ditanami dengan tanaman yang juga dapat berfungsi sebagai
peneduh, pakan tambahan ikan atau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tanaman
yang sering digunakan adalah lamtoro gung (Leucaena
glauca), turi (Sesbania grandiflora),
pisang, sente dan berbagai jenis sayur-mayur.
Selain itu menurut Susanto (2009) agar tanah tidak longsor maka bagian
atas pematang sebaiknya ditanami rumput.
Kolam yang telah selesai
digunakan untuk produksi budidaya ikan dapat dilanjutkan lagi untuk proses
produksi budidaya berikutnya dengan dilakukan beberapa persiapan yaitu
pengeringan/penjemuran tanah dasar dan pengolahan tanah, termasuk perbaikan
pematang (misalnya pada kolam tanah), pengapuran dan pemberantasan hama dan
parasit.
1. Penjemuran Tanah
Dasar :
Tanah dijemur sampai kering di musim kemarau yang ditandai dengan tanah
dasar sampai retak-retak. Bila kolam sudah terlalu lama
dioperasikan, lumpur kolam diangkat terlebih dahulu. Pencucian dasar kolam akan
mempersingkat waktu penjemuran (musim hujan). Pencucian akan menguras bahan
organik, mengurangi unsur hara yang tidak diinginkan, dan akan mematikan
bakteri dalam waktu singkat. Penjemuran ini berfungsi untuk membunuh hama,
bakteri dan parasit yang ada di kolam, mempercepat perubahan bahan organik
menjadi bahan mineral yang berguna, menguapkan gas-gas racun, memperkaya
oksigen tanah dasar, atau dan menaikkan pH tanah dasar.
2. Pengapuran
Pengapuran dilakukan setelah penjemuran dan pembalikan tanah dasar. Pengapuran
dengan beberapa jenis kapur adalah sebagai berikut :
a. Dengan kapur Pertanian (Ca CO3)
Kapur ini merupakan kapur terbaik untuk pengapuran kolam. Sebaiknya
kapur digiling halus agar cepat bereaksi dengan air atau lumpur. Kapur ini
dapat digunakan bersama-sama dengan pemupukan dan penambahan air. Tujuan pengapuran ini adalah :
·
Mengurangi kandungan ammonia
dan nitrit yang berbahaya;
·
Mempercepat proses
mineralisasi;
·
Mencegah perubahan pH secara
dratis;
·
Meningkatkan dan mengatur pH
yang dikehendaki.
b.
Dengan kapur Sirih ( Ca O )
atau kapur Tembok/Tohor ( Ca(OH)2 )
Pengapuran ini bertujuan untuk
:
·
Memberantas hama, bakteri dan
parasit;
·
Mensterilkan kolam.
Penggunaan kapur ini harus
digunakan secara tepat karena jika digunakan dalam dosis tinggi akan meningkatkan
pH yang terlalu tinggi pula dan dapat mematikan ikan. Kapur ini kadang digunakan untuk kolam yang
tidak ada ikannya atau pada tanah dasar kolam yang telah dikeringkan. Jika
digunakan kapur tohor, dosis yang disarankan 50 gr/m2.
c.
Dengan dolomit
Penggunaan dolomit dapat
digunakan secara terpisah atau bersamaan dengan pupuk. Kapur ini berfungsi
untuk menjaga kestabilan pH tanah dan air.
Dosis yang digunakan 10-20 gr/m2.
3. Pemupukan.
Pemupukan dilakukan untuk
meningkatkan kesuburan kolam sehingga tumbuh-tumbuhan air ataupun biota-biota
air yang menjadi makanan alami ikan dapat tumbuh dengan baik, misalnya
jenis-jenis ganggang, plankton, protozoa, benthos dan lain-lain. Pemupukan
dapat menggunakan pupuk kandang (organik), kompos jerami dan pupuk buatan
(anorganik). Setelah pengeringan dan pengapuran air dimasukkan ke
dalam kolam setinggi 10-20 cm kemudian dipupuk. Kolam intensif tidak
perlu dipupuk untuk menumbuhkan pakan alami. Pupuk organik sudah banyak
tersedia yang berasal dari sisa pakan buatan dan kotoran ikan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara
merata di seluruh permukaan dasar kolam.
Pupuk tanah dasar disebar merata berupa
campuran Urea 5 gram/m2 + TSP 10 gram/m2, atau Kompos 50
gram/m2 + TSP 7,5 gram/m2, atau hanya kotoran
ayam/unggas 200 gram/m2.
III.
PENYEDIAAN AIR
Penyediaan air dilakukan dengan
pengisian air secukupnya dan dibiarkan selama 2-3 hari untuk memberikan
kesempatan bakteri probiotik atau pakan dasar tumbuh. Setelah pakan alami
tumbuh kolam diisi air lagi sampai kedalaman tertentu sesuai dengan yang
dikehendaki. Kemudian kolam dibiarkan sampai diperkirakan pakan alami sudah
tumbuh dengan baik, dapat diamati dari warna air kolam hijau agak kecoklatan ( +
10 hari). Pemupukan susulan dengan pupuk buatan yaitu campuran (urea 30 gram +
TSP 2,5 gram)/m2 dapat dilakukan apabila kesuburan kolam tampak
menurun. Selanjutnya air ditambah sesuai dengan tujuan, untuk pendederan 60 –
110 cm, sedangkan untuk pembesaran minimal 120 cm.
IV.
PENANGANAN PENEBARAN BENIH
Penebaran
benih bertujuan untuk menempatkan ikan
dalam wadah budidaya dengan kepadatan tertentu. Padat penebaran benih adalah
jumlah benih yang ditebarkan per satuan luas atau volume. Semakin tinggi padat
penebaran benih pemeliharaannya juga semakin intensif karena kebutuhan oksigen
dan pakan serta buangan sisa metabolisme dan pakan juga semakin bertambah. Sebagai pedoman untuk padat penebaran beberapa
jenis ikan dapat dilihat pada lampiran.
Benih
sebaiknya dipilih yang berukuran seragam, sehat dan tidak cacat. Benih diambil dari
pembenih terpercaya, atau dan pedagang terpercaya.
Benih yang sehat
memiliki ciri-ciri antara lain :
1.
Perenang aktif, gerakannya normal, tanggap terhadap
rangsangan fisik, dan tidak ada luka;
2.
Badan bersih, berkulit/bersisik licin, tidak ada
tanda-tanda terserang jamur, atau parasit;
3.
Berbadan memanjang, padat dan berisi; atau/dan
4.
Bersertifikat.
Sebelum benih ditebarkan di
kolam, penting sekali dilakukan proses adaptasi benih (aklimatisasi) dengan
kondisi air yang baru dengan cara :
1.
Benih
ditenangkan 2 – 5 jam untuk mengurangi
stress akibat pengangkutan.
2.
Kemudian
diadaptasikan dengan air media/kolam dengan meletakkan kantong plastik benih di
permukaan air kolam selama 5 – 10 menit.
3.
Masukkan air
kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong benih untuk menyesuaikan dengan
suhu dan pH.
4.
Dilakukan
proses sanitasi benih dicelup larutan garam 200-300 gr/m3 + MB (1-2
cc/m3) selama beberapa detik (untuk mengobati luka).
5.
Benih
ditebarkan ke kolam secara perlahan-lahan
6. Dilakukan sampling jumlah benih untuk menentukan
kepadatan dan kebutuhan pakan.
Waktu penebaran paling baik
dilakukan pagi hari, atau sore hari ketika air kolam sudah dan masih sejuk; pilih
cuaca yang cerah. Bila mendung ada kemungkinan sesudah penebaran turun hujan,
mengakibatkan ikan mudah stress, bahkan dapat mematikan.
V.
PENGELOLAAN KUALITAS AIR
Kebersihan
dan kesehatan air sangat penting dalam budidaya ikan. Air yang kurang atau
tidak bersih sering mengandung kuman penyakit atau zat yang bersifat racun
sehingga dapat mengganggu kesehatan ikan. Upaya mendapatkan air bersih dapat
dilakukan dengan cara mengamati asal sumber air yang akan digunakan. Sumber air yang baik antara lain :
1. Sumber air
bukan berasal dari sungai yang digunakan untuk membuang limbah industri.
2. Sumber air
bukan berasal dari comberan, karena air comberan umumnya mengandung kuman
penyakit yang dapat menyerang ikan.
3. Sumber air
tidak terpolusi oleh bahan-bahan yang berbahaya misalnya minyak.
Memelihara
ikan berarti pula memelihara air. Pengelolaan air dalam budidaya ikan bertujuan
untuk menyediakan lingkungan yang baik bagi ikan agar dapat hidup dan tumbuh
maksimal.
Kualitas
air secara luas dapat diartikan sebagai setiap faktor fisik, kimia dan biologi
yang mempengaruhi manfaat penggunaan air bagi manusia baik langsung maupun
tidak. Kualitas air dinyatakan dalam beberapa parameter yaitu fisika (suhu,
transparansi), kimia (oksigen terlarut, CO2 bebas, pH, Alkalinitas)
dan biologi (keberadaan plankton, keberadaan bentos).
A. Parameter Fisika
1. Suhu
Suhu air adalah salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu
makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu
air dapat mempengaruhi pertukaran zat-zat atau metabolisme makhluk hidup dan
dapat mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu
perairan, semakin sedikit oksigen yang dapat terlarut di dalamnya.
Suhu air optimal untuk daerah tropis biasanya berkisar 25-30 oC. Menjaga suhu optimal untuk pertumbuhan
merupakan suatu hal yang penting. Perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh
melebihi 5 oC dan tidak boleh terjadi perubahan suhu secara
mendadak/drastis. Goncangan suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan
stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Suhu harian jangan sampai berguncang lebih
dari 5 oC. Salah satu cara agar tidak terjadi perguncangan, adalah
dengan menjaga ketinggian air kolam rata-rata di atas 120 cm;
2. Kekeruhan Air
Kekeruhan air dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indra kita. Air
yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang disebabkan
oleh lumpur dapat mengganggu pernapasan dan mempengaruhi nafsu makan ikan.
Namun apabila kekeruhan tersebut disebabkan oleh plankton justru sangat
diharapkan karena selain sebagai sumber pakan alami juga dapat menjadi
penghasil oksigen.
Cara termudah untuk membedakan kekeruhan tersebut adalah dengan
mengambil contoh air dalam gelas kaca dan membiarkannya beberapa saat. Apabila
terlihat endapan lumpur di dasar gelas, berarti kekeruhan disebabkan oleh
lumpur. Sebaliknya bila air masih terlihat berwarna seperti awalnya tanpa
endapan lumpur, berarti kekeruhan disebabkan oleh plankton.
3. Warna air dan tanah;
a. Air berwarna coklat kehijauan (baik) dan
coklat kekuningan dan air tetap jernih baik bagi pertumbuhan dan kehidupan
ikan.
b. Air berwarna hijau mengkilap, hijau
kebiru-biruan, atau merah tidak baik
bagi kehidupan ikan.
c. Tanah dasar berwarna hitam; banyak bahan
organik menumpuk, atau dan terjadi pembusukan tidak baik bagi kehidupan ikan
peliharaan.
B.
Parameter Kimia
1. Oksigen
Terlarut (DO)
Ikan memerlukan oksigen terlarut yang cukup untuk hidup dan
pertumbuhannya. Kadar minimum oksigen terlarut yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup ikan bervariasi. Ikan kadang-kadang sanggup hidup dalam
keadaan kadar oksigen terlarut rendah selama beberapa jam tanpa menimbulkan
pengaruh yang berarti, tetapi akan segera mati bila keadaan tersebut
berlangsung selama beberapa hari.
Kandungan oksigen harus
dipertahankan diatas 5 ppm untuk memperoleh produksi optimal. Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4
ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan menghentikan makan dan
pertumbuhannya.
2. pH
Keasaman air atau populer dengan istilah pH sangat berperan bagi
kehidupan ikan. Umumnya pH yang cocok untuk semua jenis ikan antara 6,7 – 8,6.
Namun ada beberapa jenis ikan yang daat bertahan hidup pada kisaran pH yang
sangat tinggi maupun rendah, sekitar 4-9, karena lingkungan hidup aslinya di
rawa misalnya ikan sepat siam.
Pada pagi
hari jam 08.00, bila pH air kurang dari 6,5 segera ditaburi CaCO3 25
gr/m3 airmedia, dan bila pH air lebih dari 8,5 segera diadakan
pergantian air kolam, atau ditaburi dengan pupuk organik 25 gr/m3
air media.
3. Amonia dan
Nitrit
Amonia merupakan zat buang terlarut hasil metabolisme ikan oleh
perombakan protein, baik dari kotoran ikan sendiri maupun dari sisa pakan. Sisa
pakan biasanya akan membusuk sehingga kadar amonia meningkat. Nitrit (NO2) merupakan gas beracun
bagi ikan. Nitrit merupakan hasil perombakan protein yang merupakan
ikutan dari amonia. Pada air kotor karena terlalu banyak ikan
biasanya mempunyai kadar nitrit yang tinggi.
Kandungan amonia dan nitrit
dapat dikurangi ataupun dihilangkan dengan cara penggantian air, pemberian
aerasi, penguapan, maupun reaksi kimia dengan oksigen.
C.
Parameter
Biologi
Ketebalan
plankton dijaga 30 – 35 cm. Plankton (phytoplankton)
menghasilkan oksigen pada siang hari dan dapat membuang unsur-unsur yang
menimbulkan racun bagi ikan dan udang, sedang pada waktu malam mengkonsumsi
oksigen. Semakin banyak dan beragam makhluk hidup dalam suatu perairan berarti
semakin tinggi pula tingkat kesuburan perairan tersebut.
VI. PENGELOLAAN
PAKAN
Pakan
merupakan faktor yang penting dalam budidaya ikan. Ikan harus tumbuh tidak
sekedar untuk mempertahankan kondisi tubuh tetapi juga untuk menumbuhkan
jaringan otot/daging. Pengelolaan pakan yang baik akan meningkatkan
produktifitas kolam, meningkatkan daya guna pakan dan memperkecil nilai
konversi pakan sekaligus dapat menekan biaya operasional kolam.
Prinsip-prinsip manajemen pakan meliputi :
1.
Tepat mutu , nilai gizi
pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan;
Kualitas pakan berkaitan dengan jenis ikan yang
dipelihara. Ikan lele dan patin relatif membutuhkan kadar protein yang lebih
tinggi. Produktivitas kolam dapat
meningkat apabila ditunjang dengan kestabilan kualitas pakan yang tinggi.
Berikut disampaikan jenis dan komposisi pakan ikan/pelet.
Tabel 1. Jenis dan Komposisi Pakan 1
No.
|
Jenis pakan
|
Jenis Ikan
|
Kadar Protein
|
(%)
|
|||
1
|
Terapung
|
lele/patin (masa awal)
|
30-32
|
|
|
lele/patin (masa pertumbuhan)
|
30-32
|
|
|
lele/patin (masa akhir)
|
28-30
|
|
|
gurami (masa awal)
|
26-28
|
|
|
gurami (masa pertumbuhan)
|
26-28
|
|
|
gurami (masa akhir)
|
24-26
|
|
|
nila/mas (masa awal)
|
25-27
|
|
|
nila/mas (masa pertumbuhan)
|
20-22
|
|
|
nila/mas (masa akhir)
|
20-22
|
|
|
benih ikan
|
38-40
|
|
|
|
|
2
|
Tenggelam
|
nila/mas (masa awal)
|
28-30
|
|
|
nila/mas (masa pertumbuhan)
|
28-30
|
|
|
nila/mas (masa akhir)
|
28-30
|
|
|
benih ikan
|
40-42
|
Sumber : CP Group
Tabel
2. Jenis dan Komposisi Pakan 2
No.
|
Jenis pakan
|
Jenis Ikan
|
Kadar Protein
|
(%)
|
|||
1
|
Terapung
|
lele (benih)
|
38
|
|
|
lele (induk)
|
36
|
|
|
lele (budidaya)
|
28-30; 31-33
|
|
|
gurami
|
25
|
|
|
patin
|
28-30
|
|
|
nila
|
28
|
|
|
mas
|
25-28
|
|
|
|
|
2
|
Tenggelam
|
mas
|
28-30
|
|
|
lele
|
28
|
|
|
nila
|
25
|
|
|
patin
|
28
|
Sumber : PT Matahari Sakti
2.
Tepat jenis, disesuaikan umur, ukuran dan jenis
ikan;
Jenis pakan di dalam budidaya ikan terdiri dari empat
kelompok yaitu pakan hidup (pakan
yang diberikan pada ikan dalam keadaan hidup), pakan segar (pakan yang diberikan dalam keadaan segar/dibekukan
dalam freezer dan bentuk asli pakan
ini sama seperti ketika masih hidup), pakan
tambahan dan pakan buatan (pakan
yang dibuat dari berbagai bahan makanan kemudidan diramu dengan resep tertentu
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi lengkap).
3.
Tepat bentuk, disesuaikan dengan umur dan cara makan
ikan ;
Ukuran pakan
ditetapkan dengan mempertimbangkan ukuran bukaan mulut ikan. Semakin besar
ukuran ikan, bukaan mulutnya semakin lebar, maka ukuran pakannya juga semakin
besar. Bentuk pakan, baik kering maupun lembab, sangat beragam. Pakan kering
dapat dibuat dalam bentuk pellet ( berbentuk batang, bulat atau bulat panjang
dengan ukuran 3-3,5 mm), remah (1-2 mm), butiran dan tepung, yang sebenarnya
berasal dari pellet yang digiling, lalu diayak dengan mata ayakan tertentu
sesuai bentuk yang diinginkan. Pakan lembab dapat berbentuk bola atau roti
kukus sedangkan pakan basah berbebtuk bubur atau pasta.
Bentuk pakan
buatan untuk ikan diberikan berdasarkan umur ikan dengan salah satu contoh
ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel
3. Bentuk Pakan Buatan untuk Ikan
No.
|
Umur Ikan
|
Bentuk Pakan
|
1
|
s.d. umur 20 hari
|
Emulsi
|
2
|
Umur 20-40 hari
|
Tepung halus
|
3
|
Umur 40-80 hari
|
Tepung kasar
|
4
|
Umur 80-120 hari
|
Remah
|
5
|
Umur > 120 hari
|
Pelet
|
Sumber
: Mudjiman (2004)
4. Tepat saji, disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan
(permukaan, melayang, atau dasar);
5. Tepat dosis, disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah
ikan harian, waktu dan cuaca harian;
Persentase
pakan harian disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jenis ikan dan
ukurannya sebagai berikut :
Tabel 4. Persentase pakan
harian pada beberapa jenis ikan
No.
|
Jenis Ikan
|
Masa awal
|
Masa pertumbuhan
|
Masa akhir
|
|||
Berat ikan
rata-rata
|
2-20 gr
|
20-50 gr
|
50-100 gr
|
100-300 gr
|
300-600 gr
|
> 600 gr
|
|
1
|
lele
|
6-8 %
|
4-6 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
2
|
patin
|
6-8 %
|
4-6 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
3
|
nila
|
5-6 %
|
4-5 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
4
|
mas
|
5-6 %
|
4-5 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
5
|
gurami
|
3-4 %
|
3-4 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
Sumber
: CP Group
6. Tepat waktu, disesuaikan dengan waktu lapar (pagi,
siang, sore atau/dan malam);
7.
Tepat frekuensi, semakin muda, kecil dan pendek alat
pencernaan akan lebih sering (dapat lebih dari 5 kali / hari). Setiap frekuensi
volume (sub dosis) tidak harus sama. Frekuensi pemberian pakan adalah berapa
kali pakan diberikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian
pakan sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut .
Tabel 5. Frekuensi, Waktu dan
Proporsi Pemberian Pakan
No.
|
Ukuran Ikan
|
Frekuensi
|
Waktu Pemberian Pakan
|
Proporsi Pemberian
|
(gram)
|
(kali)
|
(dalam WIB)
|
(%)
|
|
1
|
10
|
5
|
06.00; 09.00; 12.00 ; 15.00; 18.00
|
15, 20, 20, 30, 15
|
2
|
20
|
4
|
07.00; 11.00; 15.00; 19.00
|
20, 30, 30, 20
|
3
|
30
|
3
|
07.00; 12.00; 17.00
|
30, 40, 30
|
Sumber
: Effendie (2004)
8. Tepat cara pemberian, misalnya dionggokkan di anco, disebar selang-seling atau disebar merata ke seluruh
permukaan air.
Berdasarkan prinsip yang sesuai dengan Cara Budidaya
Ikan yang Baik (CBIB), beberapa hal yang
berkaitan dengan pakan antara lain :
1. Pakan yang memenuhi syarat :
– mengandung nutrisi yg sesuai kebutuhan;
– tidak mengandung racun, bahan pencemaran, atau mengakibatkan pencemaran
– tidak mengandung antibiotik dan hormon
– telah terdaftar
– masih layak digunakan, tidak mengalami perubahan fisik
2. Pemberian pakan tidak dicampur antibiotik dan
hormon
3. Bahan baku pakan, additive dan suplemen
– tidak membahayakan
– harus dilakukan pemeriksaan fisik dan lab terhadap kand. bahan asing,
bahan kimia, mikro organime beracun
4. Penyimpanan Pakan
– Terpisah dari bahan-bahan kimia
dan obat2an yang lain
–
Tempat
penyimpanan dpt mempertahankan kualitas pakan
VII. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
IKAN
Hama Ikan adalah organisme yang pada suatu
waktu berada dilingkungan kolam,atau/dan di dalam kolam, serta merugikan usaha
pemeliharaan udang/ikan. Bermacam-macam hama dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Hama Pemangsa;
Berupa serangga, ular, linsang, burung, ikan liar, moluska, dll.
Pencegahan
antara lain dengan :
a. Semprot dengan minyak tanah 1 ml/m2
permukaan air;
b.
Kunjungan ke kolam sesering mungkin;
c.
Sebar garam dapur, minyak tanah, atau oli bekas pada
permukaan tanggul luar/tanggul utama;
d.
Tanam tumbuhan yang menyengat (kamijara, burus dll.)
2. Hama Pesaing
Pakan, Ruang Gerak, dll. ;
Berupa ikan liar dan
tumbuhan air.
Pencegahan
antara lain dengan :
a.
Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;
b.
Jaga kedalaman air minimal 70 cm.
c.
Pengontrolan air media & kolam diintesifkan.
3. Hama Peracun;
Berupa Alga fitoflagelata , kodok, dll.
Pencegahan
antara lain dengan :
a.
Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;
b. Pengontrolan airmedia & kolam
diintensifkan.
c.
Penaburan bakteri probiotik, seperti : starbio, BN-9,
cooper control dsb.;
d.
Seperti hama pemangsa butir a, b, & c.
4. Hama Pengganggu;
Berupa gulma air, binatang, dll.
Pencegahan
antara lain dengan :
a.
Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;
b. Pengontrolan airmedia & kolam
diintensifkan.
c.
Penaburan bakteri probiotik, seperti : starbio, BN-9,
cooper control dsb.;
d.
Pemasangan pagar keliling pada tanggul terluar.
5. Hama Perusak;
Berupa kepiting,
belut, moluska, dll.
Pencegahan
antara lain dengan :
a.
Semprot saponin/rotenon di tanggul keliling;
b. Brantas dengan Brestan 60 di tahap
persiapan.
Parasit adalah organisme yang dalam memenuhi kebutuhan hidup menempel kepada pada organisme lain yang hidup ataupun benda mati (plankton, tanaman & hewan air, moluska, dll.). Pencegahan dilakukan dengan melaksanakan kegiatan I – V pada sapta usaha secara baik.
Virus dapat hidup pada benda
mati; Pencegahan dan pengendalian antara lain dengan menaikan/menjaga suhu air
maksimal pada kisaran suhu pertumbuhan.
Bakteri dapat hidup pada benda mati; Pencegahan dan pengendalian antara lain dengan :
a.
Menjaga kandungan amoniak tidak melibihi batas
pertumbuhan ikan;
b. Memperbaiki kualitas pakan;
c.
Mengurangi kandungan bahan organik di kolam.
Pencegahan dan pengendalian Jamur/Fungi dilakukan dengan Menaikan pH air maksimal pada kisaran pertumbuhan ikan/udang peliharaan.
Protozoa ; Pencegahan dan pengendalian; Menaikan pH air maksimal pada kisaran pertumbuhan ikan/udang peliharaan.
Penyakit adalah suatu micro-organisme yang
menyebabkan salah satu fungsi organ ikan terganggu. Kesalahan penanganan dalam
pemeliharaan akan menimbulkan bermacam penyakit seperti :
1.
Penyakit non-infeksi / tidak menular,
a.
Stress diakibatkan terjadi perguncangan lingkungan atau
karena turunan;
b.
Kurang gizi diakibatkan mutu pakan jelek;
c.
Keracunan diakibatkan air tercemar; perombakan bahan
organik/pakan-alami, atau mutu pakan jelek;
d. Cacat diakibatkan faktor turunan.
2. Penyakit infeksi sangat menular
a. Penyakit Viral, diakibatkan virus;
b. Penyakit bacterial, diakibatkan bakteri;
c. Penyakit parasiter, diakibatkan oleh jamur,
protozoa dan metozoa.
PROSES IKAN TERSERANG PENYAKIT
Penyakit
timbul akibat interaksi antar ketiga unsur tersebut di bawah ini :
1.
Lingkungan kolam yang selalu
berubah,
2.
Perkembang-biakan bakteri
patogen, jamur, virus, atau parasit, dan
3.
Kondisi ikan yang jelek
A.
Pergoncangan lingkungan hidup ikan :
1.
Perubahan suhu harian tidak boleh > 5 0C;
2.
Perubahan pH harian tidak boleh lebih dari 2 ;
3.
Perubahan oksigen harian tidak boleh lebih dari 5 ppm.
Bila lebih ® berakibat ikan menjadi mudah stress, lemah, dan
kekebalan tubuh menurun ® mudah terserang
penyakit
Penyebab terjadi
pergoncangan :
1.
Suhu ® Kedalaman air rata-rata harian kurang dari 100 cm
2.
PH ® kandungan bahan organik tinggi
3.
Oksigen
® kepadatan ikan tinggi, kepadatan plankton
tinggi, atau/dan terjadi proses pembusukan di dasar kolam.
B.
Kandungan bahan kimia
- Kandungan Karbondioksida (CO2)® < 20 ppm
- Kandungan Amoniak (NH3)dan (NH4) ® NH3 < 1 ppm dan NH4 <3 ppm
- Kandungan Nitrit dan Nitrat (NO2 dan NO3) ®
NO2
<1ppm dan NO3<3 ppm
2. Gas Sulfur (H2S) < 1 ppm
Bila melebihi batas maksimal ® berakibat :
a. Dapat meracuni ikan
b.
Parasit (bakteri, protozoa dan metazoa) mudah berkembang
biak.
Penyebab kelebihan :
a.
CO2®Kepadatan organisme di
kolam terlalu tinggi.
b.
Amoniak ® Penguraian bahan organik
tinggi
c.
Nitrit dan nitrat ® Penguraian amoniak
oleh bakteri
d.
H2S ®Pembusukan dan
penguraian oleh mikroorganisme anaerob
B.
Parasit
1. Tahan terhadap pergoncangan suhu, pH atau
/dan oksigen terlarut dalam air. Jamur berkembang baik pada pH rendah
2.
Mudah berkembang biah bila unsure NH3 tinggi,
terutama bagi bakteri dan protozoa.
C. Kondisi Ikan
Stress ® menurunkan daya tahan
tubuh ;
Kurang Gizi ® ikan menjadi
lemah dan pucat;
Keracunan ® Menurunkan kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau malah mematikan
VIII. KEGIATAN PANEN, PASCA-PANEN, DAN PEMASARAN
Kegiatan
panen, pemilihan mutu, dan transportasi dilakukan pada waktu ikan atau udang
dipindahkan dari suatu tempat produksi ke tempat konsumen pemakai, atau/dan
konsumen akhir. Seperti dari kolam pembenihan ke kolam pendederan, dari
kolam pendederan ke kolam pembesaran, dan/atau ke konsumen pemakai.
Kegiatan
pemilihan mutu, transportasi, pengeringan dan pengisian kolam selama periode
pertumbuhan ikan sedapat mungkin dihindarkan sebab dapat menimbulkan kerugian
besar atau kehilangan produksi.
Panen ikan
Panen
ikan merupakan kegiatan terakhir suatu periode budidaya ikan. Panen dilakukan
menurut jadwal yang dibuat pada ukuran tertentu, atau pada saat pasaran / harga
baik. Paling baik berlangsung pagi hari dan diharapkan sebelum jam 08.00 sudah
selesai panen.
Panen
harus dilakukan pada kondisi temperatur air yang relatif rendah sehingga stress
pada ikan dapat ditekan sekecil mungkin. Keadaan temperatur yang tinggi akan
mempengaruhi kandungan gas terlarut, daya racun gas tertentu dan proses metabolisme naik, maka penangkapan
pada temperatur tinggi akan mudah mengakibatkan stress.
Metode
panen dan alat yang akan dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis, sifat dan
ukuran ikan sehingga tidak menimbulkan luka-luka. Salah satu cara adalah
pengurangan volume air, kemudian ikan tergiring terbawa bersama-sama massa air
surut : ikan gurameh, nila (ikan dimersal) atau dijebak ke dalam petak
pemanenan dengan aliran air segar dan kemudian seluruh penangkapan ikan
dilakukan dipetak pemanenan. Cara lain, luas kolam disempitkan dengan jaring
yang membentang di kedua sisi, sekaligus berfungsi menggiring ikan pada sudut
yang ditentukan untuk penangkapan.
Pasca-panen
Pasca-panen merupakan kegiatan
perlakuan terhadap ikan baru tertangkap sampai ikan siap dipasarkan. Seperti
penampungan, pemilihan mutu, pengemasan, dan pendistribusian. Ini sangat
penting, karena apabila sampai gagal akan mengakibatkan kualitas ikan turun
drastis dan dapat menyebabkan harga jatuh.
1. Penampungan
Ikan harus
ditampung terlebih dahulu untuk memulihkan kondisi akibat penderitaan selama
proses penangkapan. Petak penampungan dapat berfungsi sebagai tempat pemilihan
: ukuran, jenis kelamin, pemeriksaan kesehatan ikan, dan pemberokan untuk
persiapan pengangkutan.
Lama waktu
penampungan tergantung kepada tujuan. Apabila ditujukan untuk mengistirahatkan
maka lama penampungan cukup dengan waktu antara 2 - 5 jam ; ditujukan untuk
penganngkutan keluar daerah maka lama penampungan antara 1 – 5 hari tanpa
diberi pakan : kalau ditujukan untuk menghilangkan aroma tertentu maka lama
penampungan antara 12 – 21 hari dengan air mengalir dan diberi pakan.
2. Pemilihan Mutu / Seleksi Ikan
Seleksi ikan
sangat penting dilakukan karena efisiensi dan konversi pakan sangat bergantung
pada ukuran ikan dan jenis pakan yang diberikan. Kegiatan pemilihan dapat
dilakukan sebelum atau ketika dalam petak penampungan.
Alat
pemilihan mutu, dapat berupa kolam parit dengan kisi-kisi dari berbagai ukuran,
atau dengan jaring (grader) dengan
mesh-size (ukuran mata jaring) tertentu yang ditarik sepanjang kolam, atau
dengan ayakan yang disesuaikan dengan ketebalan/diameter tubuh ikan, atau
dengan tangan di meja seleksi . Penanganan seperti di atas dapat menimbulkan
stress atau luka hingga memudahkan ikan terserang penyakit.
Atau dengan
kolam parit/mengalir yang dipasang kisi-kisi dengan jarak tertentu seperti
contoh pada tabel.
Tabel 1.
Ukuran (cm) Antar Kisi-kisi Berdasarkan ketebalan tubuh tiga species ikan nila
Berat
rata-rata
|
S. Aureus
|
O. Niloticus
|
S. Niger
|
||
> 5 gr
10
25
> 250
|
1,06
1,30
1,73
3,60
|
0,99
1,23
1,65
3,45
|
0,97
1,19
1,40
-
|
1,03
1,32
1,74
3,76
|
1,00
1,25
1,70
3,50
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar