Rabu, 01 November 2017

BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp)

I.                    PENDAHULUAN

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan :
1.    Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi
2.    Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat
3.    Pemasarannya relatif mudah
4.    Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.


Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele “Sangkuriang”.
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.

II.                  TUJUAN
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.

III.                RIWAYAT
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu  dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama “Lele Sangkuriang”. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2-6).

IV.                PEMILIHAN LOKASI

Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m dpl. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpl. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
a.        Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22 - 32oC. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
b.        pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
c.         Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.

V.                  TEKNIK BUDIDAYA
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah.
Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.

1.       Pelaksanaan Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
a.       Persiapan kolam tanah (tradisional)
·         Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
·         Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus  mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
·         Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20 - 200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.
·         Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4NO3 15 gram/m2.
·         Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
·         Kemudian dilakukan pengisian air kolam.
·         Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
b.      Persiapan kolam tembok/kolam terpal
Persiapan kolam tembok/kolam terpal hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok/kolam terpal tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat permanen.
c.       Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5NO4 (Kalium Permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke  kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 50-100 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
d.       Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
e.      Pemberian Probiotik
JAMU (PROBIOTIK) PAKAN LELE adalah suplemen campuran untuk pakan lele yang sangat berfungsi terhadap peningkatan efektifitas pencernaan terhadap pakan/pellet yang diberikan. Ada beberapa keuntungan pencampuran pakan dengan probiotik, yaitu:
ü  Penggunaan pakan lebih hemat.
Memperbesar ukuran pakan, karena setelah pakan direndam dengan probiotik yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1, pakan bisa menjadi dua kali lipat jumlahnya. Hal ini karena pakan akan memuai (baca: melar)
ü  Pakan bisa langsung dicerna oleh usus ikan.
ü  Pellet menjadi lebih lembut dan lebih mudah untuk dicerna dan tekstur pellet lebih lembut.
ü  Karena pellet sebelum direndam biasanya cenderung teksturnya lebih keras. Setelah perendaman teksturnya akan lebih lembut sehingga menjadi mudah untuk dicerna dan diserap nutrisinya oleh ikan.
ü  Lebih menghemat energi bagi ikan.
ü  Dengan tekstur pakan sesudah direndam yang lembut ketika pakan ada didalam usus bisa langsung dicerna sehingga ikan tidak membutuhkan energi lebih untuk menghancurkan pellet ini. Pellet yang lembut ini bisa langsung diserap oleh saluran pencernaan ikan
ü  Menambah nutrisi pakan
ü  Dengan penambahan probiotik, saluran pencernaan ikan akan lebih baik karena probiotik ini bisa langsung diserap sekaligus di dalam saluran pencernaan ikan ketika pakan dimakan oleh ikan. Di dalam probiotik ini banyak mengandung bakteri yang menguntungkan bagi usus ikan. Begitu juga daya tahan tubuh ikan bisa meningkat.
ü  Merangsang nafsu makan ikan sehingga pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat.
ü  Tingkat kematian ikan juga kecil
ü  Daging ikan yang dipanen menjadi lebih padat
ü  Bagus untuk pemeliharaan air kolam sehingga air kolam tidak gampang bau karena lumpur diproses secara alami oleh bakteri menguntungkan yang terdapat dalam probiotik tersebut.
Jamu ini bagi petani lele tidak terlalu sulit, yaitu hanya dengan mencampurkan bahan-bahan ekstrak dan hal ini sangat mudah ditemui di pasaran atau dilingkungan kita.
Bahan Dasar  Pembuatan Probiotik 10 Liter:
1.     Temulawak, Kencur, Jahe dan Kunyit (sesuai kebutuhan)
2.     Nanas 5 butir
3.     Tetes Tebu/Molases 5 liter
4.     Microba (Suplemen Organik Cair) 10  tutup botol
5.     Air bersih 2 liter
Cara membuat:
ü  Persiapkan fermentasi nanas dimana nanas diparut, beri air bersih ±3 liter biarkan selama 5-7 hari setelah itu saring ambil airnya
ü  Setelah itu, langkah pertama dan utama sebelum membuat probiotik terlebih dahulu campurkan bakteri/mikroba pengurai (SOC/Yakult/EM4)  kedalam larutan tetes tebu, aduk, biarkan sekitar 30-45 menit untuk mengaktifkan mikroba nya .
ü  Jamu sinom (temu lawak, kencur, dan kunyit) diparut dan disaring ambil airnya.
ü  Campurkan jamu sinom, fermentasi nanas dan larutan tetes tebu  dalam 1(satu) wadah, aduk hingga merata.
ü  Masukkan campuran tersebut kedalam jerigen dan tutup rapat.
ü  Diamkan selama 1-7 hari agar microba didalam campuran berkembang biak, tetapi buka tutup 1 – 2 kali sehari agar tidak meledak atau mengeluarkan uap di dalam jerigen.
ü   Setelah hari ke-8 Jamu (Probiotik) tersebut langsung dapat digunakan sebagai campuran pakan lele.
Cara pemakaian:
ü  Campurkan jamu dengan pakan lele sambil diaduk hingga rata
ü  Diamkan pakan tersebut hingga 30 – 45 menit agar campuran jamu meresap kedalam  pakan.
ü  Pakan berprobiotik siap diberikan ke lele.
f.         Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 60-90 hari, dengan bobot antara 150 – 200 gram per ekor dengan panjang 15 – 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit. Proses produksi pada kegiatan pembesaran disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Proses pembesaran lele Sangkuriang di bak tembok.
Kriteria
Satuan
Pembesaran
Ukuran tebar benih
-      umur
-      panjang
-      bobot

hari
cm
gram

40
5 – 8
4 – 6
Ukuran panen konsumsi
-      umur
-      panjang
-      bobot

hari
cm
gram

60-90
15 – 20
150 – 200
Sintasan
%
80 – 90
Padat tebar
Ekor/m2
50-100
Pakan
-      tingkat pemberian
-      frekuensi pemberian

% bobot
Kali/hari

3
3
Tingkat konversi pakan

0,8 – 1,2

VI.                PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN

Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·          Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
·          Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
·          Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
·          Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
·          Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
·          Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
·          Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
·          Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
·          Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.


ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN LELE

Untuk Penebaran 1.000 ekor benih ikan lele dengan masa pemeliharaan 60-80 hari
Ø    Biaya Produksi
Benih ikan lele 1.000 ekor (uk. 5-8 cm) @ 250                             =Rp.     250.000,-
Pellet ikan 90 kg @ 9.000                                                                      = Rp.    810.000,-
Probiotik 60 liter @ 7.500                                                                     = Rp.    450.000,-
Obat2 an                                                                                                     = Rp.     100.000,-
 


Total Biaya Produksi                                                      = Rp. 1.610.000,-

Ø    Penjualan
Estimasi kematian 10 % saat pemanenan tinggal 900 ekor dengan berat 150 gram (6-7 ekor/kg) sehingga didapatkan hasil panen 150 kg dengan harga jual 15.000,-/kg
Panen 150 kg            = 150 x Rp. 15.000,-
                                       = Rp. 2.250.000,-
Hasil panen ikan lele dengan estimasi 6-7 ekor/kg adalah Rp. 2.250.000,-

Ø    Keuntungan
Keuntungan atau laba didapatkan dengan mengurangi hasil panen dengan biaya produksi
Laba/Keuntungan            = Hasil Panen – Biaya Produksi
                                                = Rp. 2,250.000 – Rp. 1.610.000
                                                = Rp. 640.000
Laba/keuntungan yang didapatkan dari hasil budidaya ikan lele adalah Rp. 640.000,-


2 komentar: