Senin, 04 September 2017

BUDIDAYA BELUT SAWAH


Belut selama ini dikenal masyarakat luas adalah karena rasanya yang enak dan gurih juga bias dimasak dengan beragam masakan samp[ai dengan cemilan,itu bagi yang menyukai dang mengetahui kandungan gizi dari belut tersebut.  Untuk para petani,petani ikan atau pun petani sawah (mina padi). Belut merupakan hama yang sangat mengganggu,karena belut ini gemar sekali atau rakus sekali memakan ikan-ikan kecil yang masih lembut,sehingga petani sangat dirugikan.  Belum lagi galengan-galengan sawah maupun kolam rusak pada bocor dikarenakan belut yang membuat sarang di galengan.,itulah sebabnya mengapa belut liar sering dianggap hama yang perlu di berantas.  Kerusakan padi di sawah karena ulah belut tidaklah separah kerusakan oleh Tikus, tetapi tak jarang ikan ini di gropyok ramai-ramai untuk di tangkap dan dijadikan lauk yang lezat.

            Bagi orang yang menyukai daging belut,saat ini mereka menangkap langsung dari pesawahan dengan cara memancing/ngureuk (bhs Sunda),memasang bubu,atau ngobor pada malam hari.  Biasanya mereka berburu belut hanya untuk kebutuhan makan saja,tapi karena kandngan gizinya yang tinggi,terutama proteinnya.  Sehingga banyak permintaan dari para penjual ikan untuk melengkapi  dagangannya dengan belut sawah,pesanan saat ini selain pasar-pasar local,pasar di kota besar,bahkan sampai dengan luar negri.  
Di alam,belut ditangkap secara musimam.  Artinya penangkapan belut tidak dilakukan sepanjang tahun,perburuan belut terutama dilakukan pada waktu musim tanam padi dan berakhir setelah tanaman padi berumur 1-1,5 bulan,berarti selama setahun perburuan itu dilakukan selama 4,5 bulan.  Akibat dari permintaan yang banyak ini harga belut pun meningkat,yang berdampak pada para pemburu ikan liar ini tambah semangat karena lahan ekonomi terbuka lebar.
            Dampak lain dari para pemburu liar ini,selain galeungan sawah dan galeungan kolam yang rusak,belut itu sendiri ter ancam punah. Untuk menghindari dampak tersebut maka harus diupayakan agar para pemburu ikan liar ini ke Budidaya.
            Untuk memasok kebutuhan yang terus meningkat dan adanya ancaman kelangkaan yang berkaitan dengan kelestarian nya,belut haruslah dibudidayakan.  Pembudidayaan belut bias berhasil asal pernyataan dan kondisi lingkungan hidupnya bias terpenuhi secara wajar.  Usaha pembudidayaan belut bias dilakukan dengan pemeliharaan,atau bahkan dari pembenihan sampai dengan pembesaran.



           
II.  BIOLOGI BELUT SAWAH

            Ada yang menyangka belut tergolong bangsa ular,karena bentuk kepala dan badannya.  Pendapat ini sama sekali tidak benar,sebab belut masih tergolong keluarga ikan yang memiliki karasteristik tersediri. Dalam ilmu biologi belut termasuk jenis ikan air tawar dari Famili Synbranchidae dan tergolong Ordo Synbranchordae, yakni jenis ikan yang tak mempunyai sirip atau anggota lain untuk bergerak. Badan belut bulat panjang seperti ular, tapi tidak bersisik. Kulitnya licin berlendir. Mata kecil hampir tertutup oleh kulit. Gigi-giginya kecil runcing berbentuk kerucut, bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling mulutnya.
Belut yang bergeraknya dengan melenggak-lenggokkan tubuh ke kiri dank e kanan ini sebenarnya mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor. Tetapi, rupanya sirip-sirip tersebut Cuma membentuk lipatan-lipatan kecil sekali seperti kulit sehingga tak terlihat mata. Sirip perut dan sirip dada sama sekali tidak ada. Badan belut lebih panjang dari ekor. Ekornya benar-benar pendek dan tirus, makin ke ujung makin kecil.
Belut mampu hidup dalam air dengan kadar oksigen rendah. Maka dari itulah belut mampu bertahan hidup dalam Lumpur, dalam genangan air tawar, atau pada aliran-aliran air yang kurang deras. Bila tidak ada lingkungan yang demikian, belut masih mampu bertahan hidup di lingkungan yang becek dan gelap. Karena, pada dasarnya belut kurang betah terkena cahaya matahari.
Berdasar kemampuannya mempertahankan hidup di dua alam, para ahli menggolongkan belut dalam kelompok air breathing fishes, yaitu ikan yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara selama musim kering tanpa air di sekelilingnya. Hal ini dimungkinkan karena belut memiliki alat pernafasan tambahan, yakni berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulut. Alat tersebut berfungsi untuk menyerap oksigen secara langsung dari udara, selain insangnya sendiri yang juga bertugas untuk menghisap oksigen dari air. Kemampuan itu bisa dilihat ketika belut bertahan tinggal di liang-liang sawah yang digalinya dan dibenamkan dirinya didalam Lumpur. Seringkali belut menyembulkan kepala nya ke permukaan air untuk menyerap oksigen dari udara secara langsung.
a.   Bersifat Hermaprodit
Hal yang sangat menarik pada belut adalah kelaminnya yang hermaprodit. Ikan ini tergolong kelompok nermaprodit protogyni, dimana daur hidupnya meliputi masa juvenile yang hermaprodit, diikuti masa betina yang berfungsi, kemudian masa interseks, dan terakhir masa jantan yang berfungsi.
Belut muda praktis selalu berkelamin betina, berukuran antara 10-29 cm, berkulit hijau muda pada punggung, dan putih kekuningan pada perut. Bentuk kepala runcing. Usianya selalu di bawah 9 bulan.
Belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan berukuran lebih dari 30 cm. Warna kulit abu-abu gelap, berkepala tumpul, dan berumur diatas 9 bulan.
Dengan sifat-sifat belut yang seperti itu maka saat pergantian kelamin, belut bisa memliki masa kosong kelamin atau banci (kosong kelamin). Pada saat demikian belut sering bersifat kanibalisme, yaitu saling bunuh dan maka di antara mereka sendiri.
b.   Binatang Karnivor
Secara alamiah belut memakan berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Seperti misalnya serangga, siput, cacing, anak kata, dan anak ikan. Jadi belut tergolong hewan karnivor, yaitu pemakan binatang lain. Belut juga melahap benih-benih ikan karper, tawes, atau nila yang ditebar petani minapadi di sawah.
Sewaktu masih kecil belut memakan jazat renik berupa zooplankton dan zoobenthos pada perairan dangkal. Setelah besar, belut gencar melahap larva serangga, cacing, siput, berudu, dan benih ikan.
c.   Memiliki Lubang Perangkap
Karena kesukaannya pada binatang hidup, tidaklah mudah belut mencari makan. Untuk menyergap mangsanya, belut perlu membuat lubang penyergap. Lubang ini dibuat dengan menggali Lumpur, baik di tepian perairan maupun di tengah sawah. Lubang penyergap ini bergaris tengah 5 cm dan memanjang seperti terowongan. Bentuk lobang mula-mula tegak ke bawah, lalu membengkok dan mendatar.
d.   Perkembangan di Alam
Secara alami belut berkembangbiak setahun sekali. Masa perkawinannya berlangsung amat panjang, yakni mulai musim penghujan sampai awal musim kemarau, atau lamanya sekitar 4-5 bulan. Perkawinan belut terjadi pada malam hari yang panas, lantaran mendung sehingga suhu air naik menjadi 28º C lebih.
Ketika musim perkawinan tiba, belut (jantan) berbondong-bondong berenang ke berbagai arah tepian. Di perairan yang dangkal berlumpur itulah nanti nya mereka menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan dibangun mirip huruf ‘U’. Dalam lubang tersebut belut jantan membuat gelembung-gelembung udara yang membusa di permukaan air di atas salah satu lubangnya. Busa ini berguna untuk menatik perhatian lawan jenisnya. Sedangkan belut jantan menanti kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa.
Setelah betina yang dinanti tiba, pasangan ini bercumbu dulu sebelum perkawinan berlangsung. Ketika kawin, telur dari betina dikeluarkan di sekitar lubang di bawah busa yang mengapung pada permukaan air. Seekor induk betina dapat bertelur 50-4.000 butir. Telur yang sudah dibuahi di cakup belut jantan untuk disemburkan dan di amankan di dalam lubang persembunyian.
Belut jantan bertugas menjaga telur-telur tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan berperilaku galak. Setiap mahluk yang mendekat ke sarang pasti diserang.
Telur-telur belut di alam bebas akan menetas 9-10 hari setelah dibuahi pada air bersuhu 28-32º C. Anak-anak yang menetas untuk sementara di asuh oleh induk jantan. Setelah berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa berenang sendiri meninggalkan sarang penetasan. Mereka sudah mampu menggali lubang dan mencari pakan sendiri di tempat lain.
e.   Klasifkasi Belut Sawah
Dalam klsifikasi perikanan yang berlaku untuk Indonesia,Malayasia,Filipina dan Papua Nugini (dipergunakan klasifikasi Bleeker yang diperbaiki),Jenis ikan Belut tersebut di klasifikasikan sebagai berikut:
Belut
Kelas           :   Pisces ( Ikan )
Subkelas      :   Teleostei ( Ikan bertulang belakang )
Ordo             :    Synbranchiformes (Beelut)
Famili           :    Synbranchidae (Belut,Swap-eels)
           
            Seperti telah diuraikan di atas bahwa belut termasuk ikan yang tidak bersirip,yaitu t6idak mempunyai sirip punggung, sirip dada,dan sirip dubur.  Ketiga sirip tersebut telah berubah menjadi sembulan kulit yang tidak ber jari-jari.  Tubuh belut tidak bersisik dan tidak bersirip perut.  Letak dubur jauh kebelakang badan,tempat hidupnya dari kecil sampai dewasa dan bertelur di air tawar yang berlumpur.  Dapat juga di temukan di syngai atau rawa-rawa yang ber air tawar maupun payau.
            Beberapa belut yang telah dikenal antara lain : 
-          Belut sawah (Monopterus AbusZuieuw) juga dikenal dengan nama sinonim (Fluta    Allba).Panjang badan 20 x tinggi,letak permulaan sirip punggung sedikit dibelakang perut.  Belut ini mempunyai tiga lengkung insang,karena banyak ditangkap diswah,ikan ini disebut belut sawah.
-          Belut laut (Macrotema calygans Cant).  Belut ini matanya sangat kecil,bertepatan dengan tengah bibir,punya empat lengkung insang .  Letak perlpmulaan sirip punggung bertepatan dengan dubur.  Insang nya normal,dan ada lubang insang yang panjang.
-          Belut kirai atau belut rawa (Opchisternom bengelense atau Synbranchus bengelensis Mc.Clell).  Panjang badan 30 x tinggi,letak permulaan sirip punggung di muka dubur.   Lubang insang kecil,hanya dibagian perut saja,  Punya empat lengkungan insang.
-          Belut kuda (Amphipnous cuchai),terdapat di India.  Belut ini memilki kantung mirip paru-paru dari ruang insang yang meluas dibawah kulit tengkuk dan sedikit menonjol .  Sebagian besar waktunya dihabiskan di luar air dengan bergelut di dalam Lumpur dan rumput basah ketika mencari paka.  Selama musim kemarau,belut ini melewatkan musim kemaraunya dengan tidur didalam lumpur.

III.  BUDIDAYA BELUT SAWAH

            Masalah penting dalam budidaya belut adalah pengadaan bibit atau benih,kebutuhan ini dapat diperoleh langsung dari alam atau membeli di tempat-tempat pembibitan.  Namun pembibitan belut secara buatan (dikembang biakan oleh campur tangan manusia) sampai sekarang belum banyak di Indonesia.  Penyediaan benih/bibit secara langsung masih tergantung pada kemurahan alam atau membeli langsung dari para pemburu belut.
3.1.  Kolam Pembenihan Belut
        Kolam pembenihan belut tidak perlu luas,bias menggunakan misalnya: kolam bak berukuran 5 m x 3 m x 1 m yang kedap air (kulam tembok),sebelum kolam digunakan,harus diberikan perlakuan sebagai berikut;
  1. Dasar bak di isi tanah /Lumpur sawah setebal 10 cm.
  2. Kemudian diatasnya di taruh jerami yang sudah lapuk,setebal 10 cm.
  3. Lapisan berikutnya berupa pelepah pohon pisang yang sudah layu dan telah di potong-potong sepanjang 10 – 15 cm.
  4. Tambahkan juga pupuk kandang atau kompos(kotoran sapi atau kerbau) setebal 10 cm.
  5. Taburkan lagi tanah Lumpur sawah /lapisan terakhir. Setebal 10 cm.
  6. Penyusunan lapisan – lapisan tersebut dibuat miring,sehingga nantinya bagian yang terendam air hanya 2/3 bagian ,sedangkan yang 1/3 bagian lagi tidak terendam air.
  7. Ketebalan lapisan keseluruhan sekitar 50 – 60 cm,lapisan yang paling atas berupa tanah Lumpur.  Pelumpuran akan mempermudah belut menggali lubang perkawinan.
  8. Masukan air setinggi 5 – 10 cm di atas permukaan lapisan.
  9. Biarkan air tergenang selama 2 – 4 minggu agar terjadi proses pelapukan jerami dan pelepah pisang.
  10. Jika tampak banyak buih,air diganti secara kontinyu.  Demikian seterusnya selama 2 – 4 minggu.  Penggenangan berlangsung sampai air tidak berbuih lagi ,timbulnya buih hasil samping proses pelapukan.
  11. Lebih bagus lagi apabila air pengganti itu adalah air mengalir,walaupun lambat.  Dengan demikian pada dinding bak harus ada lubang pengeluaran/pembuangan  dan pemasukan air.
  12.  Untuk menguji bahwa media itu sudah bias digunakan untuk memelihara belut,cobalah masukan jentik-jentik nyamuk beberapa ekor saja.  Kalau jentik-jentik nyamuk itu mati,berarti proses fermentasi/pelapukan masih berlangsung.  Sebaliknya apabila jentik-jentik nyamuk itu tetap hidup,berarti media sudah aman untuk di tanami belut.
Sebelum air dimasukan,saluran pemasukan air di amankan dulu dengan diberi saringan kawat kasa/nyamuk untuk menghindari lepas nya anak-anak belut dari kolam pemeliharaan.  Air di alirkan sampai kedalaman 15 – 20 cm di bagian terdalam,dan 5 – 10 cm di bagian terdangkal.  Wujud kolam mirip dengan sawah.
3.2.  Benih Yang di Perlukan
        Untuk keperluan induk,ada dua macam ukuran induk belut yang berbeda umur dan panjang nya seperti berikut :
-          Belut yang panjangnya antara 20 – 29 cm,umur 4 – 9 bulan.  Belut ini merupakan induk betina yang sudah siap kawin.  Bentuk kepala runcing,warna kulit hijau muda pada punggung,dan putih kekuningan pada perut.
-          Belut yang panjang 40 50 cm,berfungsi sebagai induk jantan.  Bentuk kapala tumpul,warna kulit abu-abu gelap.
Banyak nya belut yang dimasukan kedalam koalm adalah satu ekor belut jantan dengan dua ekor induk belut betina,untuk kolam seluas satu meter persegi.  Kalau luas kolam 15 m2,maka diperlukan 15 ekor belut jantan dan 30 ekor belut betina.


3.3. Pemeriksaan Setelah Berpijah.
            Setelah induk belut dimasukan kedalam kolam pemijahan,kolam ini harus ditutup dengan anyaman bamboo untuk mencipyakan suasana dingin dan gelap,sebagaimana habitat alami belut di alam.
            Selama proses pemijahan,air harus tetap mengalir walau per lahan-lahan,ketinggian air sekitar 5 cmdi atas permukaan Lumpur.  Pakan untuk induk berupa 0,5 kg dedak halus (katul) di campur 100 gram konsentrat untuk lele. Pakan itu di tabor setiap sore secara merata diatas permukaan Lumpur kolam,atau ditaruh dalam jarring yang diletakan disetiap sudut kolam.
            Setiap hari kolam harus diperiksa ,kalau sudah mulai terlihat gelembung-gelembung busa,tandanya belut sudah membuat lubang perkawinan,  Selanjutnya setiap gelembung busa diberi tanda dengan menancapkan ajir bambu guna memudahkan penangkapan benih hasil perkawinan nanti.
            Busa tersebut akan tetap terlihat sampai sepuluh hari kemudian,setelah itu akan menghilang.  Hilang nya busa menunjukan  kalau perkawinan sudah selesai berlangsung.
            Menetasnya telur belut tinggal menunggu waktu saja,biasanya dalam waktu sepuluh hari telur-telur tersebut sudah menetas.  Sebelum menetas peternak belut harus mengamatinya dengan seksama.  Setelah anak-anak belut berumur 5 – 8 hariatau panjangnya antara 1,5 – 2,5 cm,sebaiknya segera di ambil/panen.  Pada umur ini,benih belut belum bias menyebarke barbagai penjuru untuk menggali lubang.  Benih belut masih berkumpul dilubang sarang ayahnya.
            Untuk menangkap benih ini sebaiknya kolam jangan dikeringkan.  Pertama,tangkap lah terlebih dahulu belut jantan pengasuh dengan jala sodoran/serok lambit bermata lembut,selanjutnya induk-induk lain yang betina di pindah kekolam penampungan induk.
3.4.  Kolam Penampungan Induk
        Tempat penampungan induk jantan yang sedang cuti ini bias menggunakan bak seluas 2 m x 3 m dengan kedalaman kolam satu meter,  Sebelum induk belut dipindahkan sebaiknya dasar kolam diberi Lumpur sawah dan bahan organics seperti perlakuan tersebut di atas.
            Agar belut tidak menggali sarang,di dasar kolam dibenamkan bungbung bamboo berdiameter 10 cm sepanjang 40 cm,dan di pasang dengan posisi miring.  Ujung bamboo sebaiknya muncul sedikit saja di permukaan Lumpur.  Jumlah bumbung disediakan seauai dengan jumlah induk belut yang di ungsikan.
            Setelah kolam penampung di airi,taruh di permukaan air cincangan batang pisang sampai tertutup sama sekali.  Guna cincangan gedebog pisang,untuk menciptkan suasana busuk,setelah gedebog pisang mengalami proses pembusukan.  Bau busuk ini akan menarik serangga untuk menaruh telurnya.  Setelah telur menetas larvanya bias dijadikan sumber pakan alami bagi belut.
            Setiap gedebog pisang yang tenggelam,tempatnya harus diisi dengan gedebog pisang yang baru.  Biasanya pergantian gedebog pisang setiap I5 hari sekali.  Dengan demikian permukaan air selalu tertutup,lebih bagus lagi kalau setiap saat kolam di beri bekicot atau siput,cacing tanah,atau bangkai binatang guna manambah konsumsi induk belut yang disimpan.  Hitung-hitung pemberian itu sebagai pakan tambahan.
            Kolam pinduk Cuma bias menyimpan 6 ekor induk setiap 1 m2 luas kolam.  Induk-induk tersebut sebaiknya berupa induk-induk betina saja.  Dari induk betina ini diharapkan nantinya akan menjadi induk pejantan dalam msim perkawinan yang akan dating setelah berubah kelamin.
            Induk jantan setelah mengasuh anaknya (belut kawak) tak perlu di simpan lagi guna perkawinan berikutnya,sebab sudah tidak potensi digunakan lagi.
            Penyimpanan induk di kolam penampungan Cuma bersipat sementara,di mana induk sedang di istirahatkan untuk tidak dikawinkan.  Penyimpanan dilakukan kalau kemarau sedang berlangsung,karena air mongering dimana-mana
3.5.  Mendederkan Benih Belut
Sebelum benih belut dipelihara sebagai ikan konsumsi,sebaiknya perlu dibesarkan atau di dederkan terlebih dahulu.  Untuk membesarkan benih ini diperlukan kolam yang lebih luas,cukup persediaan pakan alami,dan sehat lingkunga.  Itu semua guna menunjang pertumbuhannya.
            Untuk pendederan benih belut di perlukan kolam seluas 10 m x 10 m yang dipersiapkan seperti kolam penyimpanan induk,yaitu dengan mengadakan tumpukan bahan organics di dasarnya yangmeliputi 15% dari seluruh luas kolam.  Adapun cara membuatnya sebagai berikut :
-          Langkah pertama,buatlah lapisan dari sekam padi dan dedak kasar dengan perbandingan yangsama (1 : 1),setelah lapisan di padatkan,timbuni dengan pupuk kandang yang kering setebal 10 cm.
-          Selanjutnya diatas lapisan pupuk kandang diberi timbunan sekam padi dicampur dedak kasar setebal 10 cm.
-          Lapisan tersebut kemudian ditimbuni lagi dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering.
-          Tutup bahan organics ini dengan anyaman bamboo kasar yang keempat sudutnya ditindihi batu.  Dengan cara demikian tumpukan tidak akan berantakan.
Setelah tumpukan bahan-bahan organics selesai dibuat dengan tebal keseluruhan sekitar 30 cm,barulah air di alirkan kedalam koalm secara per lahan-lahan.  Pengaliran air sebaiknya melalui pipa penyaring yang kedap agar tidak kemasukan ikan buas pemangsa benih ika.  Setelah ketinggian air mencapai ketinggian 50 cm,pemasukan air dihentikan.
Jumlah benih yang bias ditebar dalam kolam pembesaran ini adalah 500 ekor (ukuran 1 cm) per m2.  Jadi untuk kolam seluas 100 m2 bisa ditebar benih belut sebanyak 50.000 ekor.
Masa pemeliharaan benih belut tidak boleh lebih dari dua bulan,karena kolam harus dibongkar dan  di perbaharui lagibahan-bahan organics nya.  Hasil yang bias dipungut adalah belut ber ukuran 5 – 8 cm,jadi untuk memperoleh belut konsumsi berukuran 30 cm keatas,masih memerlukan pemeliharaan lebih lanjut.
3.6. Pembesaran Belut
        Belut bias diusahakan di berbagai perairan (sawah,rawa,sungai,dan kolam), di comberan yang kotor pun belut bias juga diusahakanpemeliharaannya,walau kadar oksigen nya sedikit sekali.  Hal ini di sebabkan belut mempunyai alat pernapsan tambahan sehingga bias mengisap zat asam langsung dariudara.
            Anak belut ber umur 5 – 8 cm belum layak di konsumsi.  Untuk menjadi ikan konsumsi yang di sukai,diperlukan pemeliharaan kurang lebih 4 bulan lagi.  Masa pemeliharaan nya berlangsung dua tahap,masing masing tahap lamanya dua bulan.
1.  Pembesaran Tahap I.
            Untuk pemeliharaan tahap I,bias digunakan kolam pembesaran benih konsumsi seluas 100 m2 atau lebih,persiapannya mirip dengan membuat kolam pembesaran  sebelumnya.  Jadi diperlukan bahan-bahan organics (sekam padi,dedak kasar,pupuk kandang,dan jerami).  Jumlah belut yang dipelihara per m2 kolam cukup 100 ekor benih ber ukuran 5 – 8 cm,untuk kolam ukuran 100m2 bisa dipelihara belut sebanyak 10.000 ekor.
            Setelah 2 bulan di pelihara,benih akan tumbuh menjadi besar sampai sebesar 15 cm.  Belut tanggung sebesar ini sudah sulit untuk di tangkap/punut karena sudah pandai membenamkan diri,untuk menangkapa nya diperlukan bubu (posong) yang dipasang berkelompok  atau ber deret-deret dalam ,di pasangnya pada malam hari sebelum pengeringan.
            Belut tanggung ini belum cukup besar untuk di buat dendeng,tapi sangat pas untuk keperluan keripik belut (belut yang digoreng garing dengan tepung) 
2.  Pembesaran Tahap II
            Untuk memperoleh belut yang bisa dibuat dendeng masih diperlujkan pemeliharaan lebih lanjut,yaitu pembesaran tahap II.  Untuk kegiatan ini bak pemeliharaannya perlu diperbaiki lagi agar lebih subur dan kaya akan pakan alami,dasar kolam perlu di masukan bahan-bahan organics seperti untuk pemeliharaan sebelumnya.  Persiapan ini diperlukan guna menjamin pertumbuhan jasad renik sebagai sumber pakan belut yang dipelihara.
            Setelah semua persiapan diselesaikan tahap demi tahap (penumpukan bahan organics),lalu kolam di airi sedalam 50 cmdari dasar,baru benih ditebarkan.  Kepadatan tebar untuk benih ukuran 15 cm cukup 25 ekor per meter persegi,  Untuk mempercepat pertumbuhan belut muda ini ,bisa dibantu dengan pemberian pakan tambahan berupa,cincangan keong mas,larva serangga,dan cacing tanah,bangkai ayam mati juga bisa di masukan kedalam kolam tapi harus direbus dulu atau dibakar dulu.  Pembakaran atau perebusan ayam mati dimaksukan untukmenghilang kan pembawa penyakit dan memudahkan belut memakannya.
            Selain pakan tambahan hewani,juga diperlukan pakan tambahan nabati berupa campuran dedak halus/bekatul yang dicampur dengan konsentrat.  Per meter persegi kolam memerlukan 1 kgpakan nabati campuran tadi.
            Dua bulan kemudian belut konsumsi sudah siap dipungut,pemungutan dilakukan dengan pemasangan bubu/posong (cara pemasangannya di kelompokan/digabung kan) pada malam hari sebelum kolam dikeringkan,  Hasilnya belut ber ukuran 25 – 30 cm,belut ininlah yang dicari konsumen local,dalam negri,maupun luar negri.

3.7.  Hama dan Penyakit
            Perihal yang sangat penting dalam budidaya belut adlah manajemen pemeliharaan nya.  Kalau manajemen baik maka gangguan hama maupun penyakit dapat dicegah atau dihindari.  Pada umumnya gangguan penyakit yang serius tidak ada ,yang sering timbul adalah gangguan parasit Dactylogilus dan penyakit bakteri.
            Napsu makan besar dapat memacu pertumbuhan sidat,namun demikian ,makan berlebihan malah mengundang penyakit,misalnya terserang penyakit insang.
            Berikut ini jenis-jenis bacteri  dan organisme yang menyerang insang  :
  1. Kuman berlendir Fiedibacter columnaris.  Serangan bacteri ini tidak menunjukan tanda spesifik,kalau diamati ada benjolan putih pada kulit dan penutup insang,  Penyakit ini membuat ikan sulit  bernapas,lemah ,dan selalu ada dipinggiran kolam.  Pengobatan tidak bisa menyembuhkan total,tapi dapat mengurangi ,obatnya : Oxolinoc acid,Furazon,Clorapenicol,Flumeruenine,Obat alternative BKC 1 ppm atau KMnO4  2ppm.
  2. bacteri Tribodina,  bacteri ini hanya menyerang satu kali dalam satu tahun.  Terdapat benjolan putih pada kulit dan tutup insang,warna darah merah gelap,serta insang tidak sempurna.  Pengobatan dengan Formalin 30 ppm.
  3. Cacing Dacylogirus.  Menyerang insang,Parast ini memiliki empat mulut pengisap dan bagian belakang tubuhnya terdapat alat pengait yang digunakan untuk menempel pada insang.  Insang yang ditempeli menjadi warna abu-abu gelap.Aktifitas dan napsu makan ikan berkurang serta timbul infeksi secunder.  Pengobatan menggunakan Tricohlorron 0,4 ppm.  
  4. Bayi kerang.  Kalau kolam kurang beresih,bayi kerang dapat menempel pada insang  dan mampu bertahan selama 2 – 3 bulan.  Belut yang terserang gerakannya lambat,nafsu makan menurun dan bisa berahir dengan kematian ikan.  Parsit dapat dilepas dengan mencelupbelut dala larutan air garam konsentrasi 7%.
  5. penyakit gelembung udara.  Sering menyerang ikan yang dipelihara pada kolam baru.  Penyebabnya,belum cukup aerasi pada air dan tanah kolam.  Air kolam masih jenuh oleh gas N2 yang bakal menyumbat insang.  Mengatasinya,berikan aerasi yang cukup dalam kolamatau pemasukan air baru terus sampai kolam penuh baru benih sidat di tebar.

Dari semua jenis penyakit itu,yang paling sering menyerang adalah bakteri berlendir  Fiedibacter culumnaris.  

                                                                                                Oleh : Dwi Wahyuni Yulianty, S.Tr.Pi
  
 KEPUSTAKAAN

Andoko, Agus. “Menghitung Berternak Belut”,  Peluang No.48,  Tahun I, 
                         14  Oktober   1999.                                     
Achyar,Moh.,  Perikanan Darat (Bandung – Jakarta: NV Masa Baru, 1976)
Asmawi,Suhali,  Pemeliharaan ikan dalam keramba  ( Jakarta :  Gramedia dan     Pemerintah DKI Jakarta,1983).
Daud,Achmad.  Belut  yang gampang-gampang  susah,   Trubus No 146,
                         Januari:  1979.  
Hardjamulia, Atmadja.  Budidaya perikanan,SUPM  BPLPP.     Departeman  Pertanian   ( Jakarta).
Soeseno,Slamet,  Desas desus Soal Belut dan Fakta yang Sebenarnya,      Trubus  No.  127  Juli  1980.

Sarwono,B.      Seri Agrbisnis,   Budidaya Belut &  Sidat,  Penebar Swadaya,  Cetakan   Revusi,  XXIX.  Jakarta  2007.                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar