BUDIDAYA BELUT SAWAH
Belut
selama ini dikenal masyarakat
luas adalah karena rasanya yang enak dan gurih juga bias dimasak dengan beragam
masakan samp[ai dengan cemilan,itu bagi yang menyukai dang mengetahui kandungan
gizi dari belut tersebut. Untuk para
petani,petani ikan atau pun petani sawah (mina padi). Belut merupakan hama yang
sangat mengganggu,karena belut ini gemar sekali atau rakus sekali memakan ikan-ikan
kecil yang masih lembut,sehingga petani sangat dirugikan. Belum lagi galengan-galengan sawah maupun
kolam rusak pada bocor dikarenakan belut yang membuat sarang di
galengan.,itulah sebabnya mengapa belut liar sering dianggap hama yang perlu di
berantas. Kerusakan padi di sawah karena
ulah belut tidaklah separah kerusakan oleh Tikus, tetapi tak jarang ikan ini di
gropyok ramai-ramai untuk di tangkap dan dijadikan lauk yang lezat.
Bagi orang yang menyukai daging
belut,saat ini mereka menangkap langsung dari pesawahan dengan cara memancing/ngureuk
(bhs Sunda),memasang bubu,atau ngobor pada malam hari. Biasanya mereka berburu belut hanya untuk
kebutuhan makan saja,tapi karena kandngan gizinya yang tinggi,terutama
proteinnya. Sehingga banyak permintaan
dari para penjual ikan untuk melengkapi
dagangannya dengan belut sawah,pesanan saat ini selain pasar-pasar
local,pasar di kota besar,bahkan sampai dengan luar negri.
Di alam,belut ditangkap secara musimam. Artinya penangkapan belut tidak dilakukan
sepanjang tahun,perburuan belut terutama dilakukan pada waktu musim tanam padi
dan berakhir setelah tanaman padi berumur 1-1,5 bulan,berarti selama setahun
perburuan itu dilakukan selama 4,5 bulan.
Akibat dari permintaan yang banyak ini harga belut pun meningkat,yang
berdampak pada para pemburu ikan liar ini tambah semangat karena lahan ekonomi
terbuka lebar.
Dampak lain dari para pemburu liar
ini,selain galeungan sawah dan galeungan kolam yang rusak,belut itu sendiri ter
ancam punah. Untuk menghindari dampak tersebut maka harus diupayakan agar para
pemburu ikan liar ini ke Budidaya.
Untuk memasok kebutuhan yang terus
meningkat dan adanya ancaman kelangkaan yang berkaitan dengan kelestarian
nya,belut haruslah dibudidayakan.
Pembudidayaan belut bias berhasil asal pernyataan dan kondisi lingkungan
hidupnya bias terpenuhi secara wajar.
Usaha pembudidayaan belut bias dilakukan dengan pemeliharaan,atau bahkan
dari pembenihan sampai dengan pembesaran.
II. BIOLOGI BELUT SAWAH
Ada yang menyangka belut tergolong
bangsa ular,karena bentuk kepala dan badannya.
Pendapat ini sama sekali tidak benar,sebab belut masih tergolong
keluarga ikan yang memiliki karasteristik tersediri. Dalam ilmu biologi belut termasuk
jenis ikan air tawar dari Famili Synbranchidae dan tergolong Ordo
Synbranchordae, yakni jenis ikan yang tak mempunyai sirip atau anggota lain
untuk bergerak. Badan
belut bulat panjang seperti ular, tapi tidak bersisik. Kulitnya licin
berlendir. Mata kecil hampir tertutup oleh kulit. Gigi-giginya kecil runcing
berbentuk kerucut, bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling
mulutnya.
Belut yang bergeraknya dengan melenggak-lenggokkan tubuh ke
kiri dank e kanan ini sebenarnya mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan
sirip ekor. Tetapi, rupanya sirip-sirip tersebut Cuma membentuk lipatan-lipatan
kecil sekali seperti kulit sehingga tak terlihat mata. Sirip perut dan sirip
dada sama sekali tidak ada. Badan belut lebih panjang dari ekor. Ekornya
benar-benar pendek dan tirus, makin ke ujung makin kecil.
Belut mampu hidup dalam air dengan kadar oksigen rendah. Maka
dari itulah belut mampu bertahan hidup dalam Lumpur, dalam genangan air tawar,
atau pada aliran-aliran air yang kurang deras. Bila tidak ada lingkungan yang
demikian, belut masih mampu bertahan hidup di lingkungan yang becek dan gelap.
Karena, pada dasarnya belut kurang betah terkena cahaya matahari.
Berdasar kemampuannya mempertahankan hidup di dua alam, para
ahli menggolongkan belut dalam kelompok air
breathing fishes, yaitu ikan yang mampu mengambil oksigen langsung dari
udara selama musim kering tanpa air di sekelilingnya. Hal ini dimungkinkan
karena belut memiliki alat pernafasan tambahan, yakni berupa kulit tipis
berlendir yang terdapat di rongga mulut. Alat tersebut berfungsi untuk menyerap
oksigen secara langsung dari udara, selain insangnya sendiri yang juga bertugas
untuk menghisap oksigen dari air. Kemampuan itu bisa dilihat ketika belut
bertahan tinggal di liang-liang sawah yang digalinya dan dibenamkan dirinya didalam Lumpur. Seringkali belut
menyembulkan kepala nya ke permukaan air untuk menyerap oksigen dari udara
secara langsung.
a. Bersifat Hermaprodit
Hal yang sangat menarik pada belut adalah kelaminnya yang
hermaprodit. Ikan ini tergolong kelompok nermaprodit
protogyni, dimana daur hidupnya meliputi masa juvenile yang hermaprodit,
diikuti masa betina yang berfungsi, kemudian masa interseks, dan terakhir masa
jantan yang berfungsi.
Belut muda praktis selalu berkelamin betina, berukuran antara
10-29 cm, berkulit hijau muda pada punggung, dan putih kekuningan pada perut.
Bentuk kepala runcing. Usianya selalu di bawah 9 bulan.
Belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan berukuran lebih
dari 30 cm. Warna kulit abu-abu gelap, berkepala tumpul, dan berumur diatas 9
bulan.
Dengan sifat-sifat belut yang seperti itu maka saat pergantian
kelamin, belut bisa memliki masa kosong kelamin atau banci (kosong kelamin).
Pada saat demikian belut sering bersifat kanibalisme, yaitu saling bunuh dan
maka di antara mereka sendiri.
b.
Binatang Karnivor
Secara alamiah belut memakan berbagai jenis binatang kecil
yang hidup atau terjatuh di air. Seperti misalnya serangga, siput, cacing, anak
kata, dan anak ikan. Jadi belut tergolong hewan karnivor, yaitu pemakan
binatang lain. Belut juga melahap benih-benih ikan karper, tawes, atau nila
yang ditebar petani minapadi di sawah.
Sewaktu masih kecil belut memakan jazat renik berupa
zooplankton dan zoobenthos pada perairan dangkal. Setelah besar, belut gencar
melahap larva serangga, cacing, siput, berudu, dan benih ikan.
c.
Memiliki Lubang Perangkap
Karena kesukaannya pada binatang hidup, tidaklah mudah belut
mencari makan. Untuk menyergap mangsanya, belut perlu membuat lubang penyergap.
Lubang ini dibuat dengan menggali Lumpur, baik di tepian perairan maupun di
tengah sawah. Lubang penyergap ini bergaris tengah 5 cm dan memanjang seperti
terowongan. Bentuk lobang mula-mula tegak ke bawah, lalu membengkok dan
mendatar.
d.
Perkembangan di Alam
Secara alami belut berkembangbiak setahun sekali. Masa
perkawinannya berlangsung amat panjang, yakni mulai musim penghujan sampai awal
musim kemarau, atau lamanya sekitar 4-5 bulan. Perkawinan belut terjadi pada
malam hari yang panas, lantaran mendung sehingga suhu air naik menjadi 28º C
lebih.
Ketika musim perkawinan tiba, belut (jantan)
berbondong-bondong berenang ke berbagai arah tepian. Di perairan yang dangkal
berlumpur itulah nanti nya mereka menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan
dibangun mirip huruf ‘U’. Dalam lubang tersebut belut jantan membuat
gelembung-gelembung udara yang membusa di permukaan air di atas salah satu
lubangnya. Busa ini berguna untuk menatik perhatian lawan jenisnya. Sedangkan
belut jantan menanti kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa.
Setelah betina yang dinanti tiba, pasangan ini bercumbu dulu
sebelum perkawinan berlangsung. Ketika kawin, telur dari betina dikeluarkan di
sekitar lubang di bawah busa yang mengapung pada permukaan air. Seekor induk
betina dapat bertelur 50-4.000 butir. Telur yang sudah dibuahi di cakup belut
jantan untuk disemburkan dan di amankan di dalam lubang persembunyian.
Belut jantan bertugas menjaga telur-telur tersebut sampai
menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan berperilaku galak. Setiap mahluk
yang mendekat ke sarang pasti diserang.
Telur-telur belut di alam bebas akan menetas 9-10 hari setelah
dibuahi pada air bersuhu 28-32º C. Anak-anak yang menetas untuk sementara di
asuh oleh induk jantan. Setelah berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa
berenang sendiri meninggalkan sarang penetasan. Mereka sudah mampu menggali
lubang dan mencari pakan sendiri di tempat lain.
e.
Klasifkasi Belut Sawah
Dalam klsifikasi perikanan yang berlaku untuk
Indonesia,Malayasia,Filipina dan Papua Nugini (dipergunakan klasifikasi Bleeker
yang diperbaiki),Jenis ikan Belut tersebut di klasifikasikan sebagai berikut:
Belut
Kelas :
Pisces ( Ikan )
Subkelas :
Teleostei ( Ikan bertulang belakang )
Ordo : Synbranchiformes (Beelut)
Famili :
Synbranchidae (Belut,Swap-eels)
Seperti telah diuraikan di atas
bahwa belut termasuk ikan yang tidak bersirip,yaitu t6idak mempunyai sirip
punggung, sirip dada,dan sirip dubur.
Ketiga sirip tersebut telah berubah menjadi sembulan kulit yang tidak
ber jari-jari. Tubuh belut tidak
bersisik dan tidak bersirip perut. Letak
dubur jauh kebelakang badan,tempat hidupnya dari kecil sampai dewasa dan
bertelur di air tawar yang berlumpur.
Dapat juga di temukan di syngai atau rawa-rawa yang ber air tawar maupun
payau.
Beberapa belut yang telah dikenal
antara lain :
-
Belut sawah (Monopterus AbusZuieuw) juga dikenal dengan nama sinonim (Fluta
Allba).Panjang badan 20 x tinggi,letak permulaan sirip punggung
sedikit dibelakang perut. Belut ini
mempunyai tiga lengkung insang,karena banyak ditangkap diswah,ikan ini disebut
belut sawah.
-
Belut laut (Macrotema calygans
Cant). Belut ini matanya sangat
kecil,bertepatan dengan tengah bibir,punya empat lengkung insang . Letak perlpmulaan sirip punggung bertepatan
dengan dubur. Insang nya normal,dan ada
lubang insang yang panjang.
-
Belut kirai atau belut rawa (Opchisternom bengelense atau Synbranchus bengelensis Mc.Clell). Panjang badan 30 x tinggi,letak permulaan
sirip punggung di muka dubur. Lubang
insang kecil,hanya dibagian perut saja,
Punya empat lengkungan insang.
-
Belut kuda (Amphipnous
cuchai),terdapat di India. Belut ini
memilki kantung mirip paru-paru dari ruang insang yang meluas dibawah kulit
tengkuk dan sedikit menonjol . Sebagian
besar waktunya dihabiskan di luar air dengan bergelut di dalam Lumpur dan
rumput basah ketika mencari paka. Selama
musim kemarau,belut ini melewatkan musim kemaraunya dengan tidur didalam
lumpur.
III. BUDIDAYA BELUT SAWAH
Masalah penting dalam budidaya belut
adalah pengadaan bibit atau benih,kebutuhan ini dapat diperoleh langsung dari
alam atau membeli di tempat-tempat pembibitan.
Namun pembibitan belut secara buatan (dikembang biakan oleh campur
tangan manusia) sampai sekarang belum banyak di Indonesia. Penyediaan benih/bibit secara langsung masih
tergantung pada kemurahan alam atau membeli langsung dari para pemburu belut.
3.1.
Kolam Pembenihan Belut
Kolam
pembenihan belut tidak perlu luas,bias menggunakan misalnya: kolam bak
berukuran 5 m x 3 m x 1 m yang kedap air (kulam tembok),sebelum kolam
digunakan,harus diberikan perlakuan sebagai berikut;
- Dasar bak di isi tanah
/Lumpur sawah setebal 10 cm.
- Kemudian diatasnya di taruh
jerami yang sudah lapuk,setebal 10 cm.
- Lapisan berikutnya berupa
pelepah pohon pisang yang sudah layu dan telah di potong-potong sepanjang
10 – 15 cm.
- Tambahkan juga pupuk kandang
atau kompos(kotoran sapi atau kerbau) setebal 10 cm.
- Taburkan lagi tanah Lumpur
sawah /lapisan terakhir. Setebal 10 cm.
- Penyusunan lapisan – lapisan
tersebut dibuat miring,sehingga nantinya bagian yang terendam air hanya
2/3 bagian ,sedangkan yang 1/3 bagian lagi tidak terendam air.
- Ketebalan lapisan
keseluruhan sekitar 50 – 60 cm,lapisan yang paling atas berupa tanah
Lumpur. Pelumpuran akan mempermudah
belut menggali lubang perkawinan.
- Masukan air setinggi 5 – 10
cm di atas permukaan lapisan.
- Biarkan air tergenang selama
2 – 4 minggu agar terjadi proses pelapukan jerami dan pelepah pisang.
- Jika tampak banyak buih,air
diganti secara kontinyu. Demikian
seterusnya selama 2 – 4 minggu.
Penggenangan berlangsung sampai air tidak berbuih lagi ,timbulnya
buih hasil samping proses pelapukan.
- Lebih bagus lagi apabila air
pengganti itu adalah air mengalir,walaupun lambat. Dengan demikian pada dinding bak harus
ada lubang pengeluaran/pembuangan
dan pemasukan air.
- Untuk menguji bahwa media itu sudah bias
digunakan untuk memelihara belut,cobalah masukan jentik-jentik nyamuk
beberapa ekor saja. Kalau
jentik-jentik nyamuk itu mati,berarti proses fermentasi/pelapukan masih
berlangsung. Sebaliknya apabila
jentik-jentik nyamuk itu tetap hidup,berarti media sudah aman untuk di
tanami belut.
Sebelum air dimasukan,saluran pemasukan air di amankan dulu
dengan diberi saringan kawat kasa/nyamuk untuk menghindari lepas nya anak-anak
belut dari kolam pemeliharaan. Air di
alirkan sampai kedalaman 15 – 20 cm di bagian terdalam,dan 5 – 10 cm di bagian
terdangkal. Wujud kolam mirip dengan
sawah.
3.2.
Benih Yang di Perlukan
Untuk
keperluan induk,ada dua macam ukuran induk belut yang berbeda umur dan panjang
nya seperti berikut :
-
Belut yang panjangnya antara 20 –
29 cm,umur 4 – 9 bulan. Belut ini
merupakan induk betina yang sudah siap kawin.
Bentuk kepala runcing,warna kulit hijau muda pada punggung,dan putih
kekuningan pada perut.
-
Belut yang panjang 40 50
cm,berfungsi sebagai induk jantan.
Bentuk kapala tumpul,warna kulit abu-abu gelap.
Banyak nya belut yang dimasukan kedalam koalm adalah satu ekor
belut jantan dengan dua ekor induk belut betina,untuk kolam seluas satu meter
persegi. Kalau luas kolam 15 m2,maka
diperlukan 15 ekor belut jantan dan 30 ekor belut betina.
3.3. Pemeriksaan Setelah Berpijah.
Setelah induk belut dimasukan
kedalam kolam pemijahan,kolam ini harus ditutup dengan anyaman bamboo untuk
mencipyakan suasana dingin dan gelap,sebagaimana habitat alami belut di alam.
Selama proses pemijahan,air harus
tetap mengalir walau per lahan-lahan,ketinggian air sekitar 5 cmdi atas
permukaan Lumpur. Pakan untuk induk
berupa 0,5 kg dedak halus (katul) di campur 100 gram konsentrat untuk lele.
Pakan itu di tabor setiap sore secara merata diatas permukaan Lumpur kolam,atau
ditaruh dalam jarring yang diletakan disetiap sudut kolam.
Setiap hari kolam harus diperiksa
,kalau sudah mulai terlihat gelembung-gelembung busa,tandanya belut sudah
membuat lubang perkawinan, Selanjutnya
setiap gelembung busa diberi tanda dengan menancapkan ajir bambu guna
memudahkan penangkapan benih hasil perkawinan nanti.
Busa tersebut akan tetap terlihat
sampai sepuluh hari kemudian,setelah itu akan menghilang. Hilang nya busa menunjukan kalau perkawinan sudah selesai berlangsung.
Menetasnya telur belut tinggal
menunggu waktu saja,biasanya dalam waktu sepuluh hari telur-telur tersebut
sudah menetas. Sebelum menetas peternak
belut harus mengamatinya dengan seksama.
Setelah anak-anak belut berumur 5 – 8 hariatau panjangnya antara 1,5 –
2,5 cm,sebaiknya segera di ambil/panen.
Pada umur ini,benih belut belum bias menyebarke barbagai penjuru untuk
menggali lubang. Benih belut masih
berkumpul dilubang sarang ayahnya.
Untuk menangkap benih ini sebaiknya
kolam jangan dikeringkan.
Pertama,tangkap lah terlebih dahulu belut jantan pengasuh dengan jala
sodoran/serok lambit bermata lembut,selanjutnya induk-induk lain yang betina di
pindah kekolam penampungan induk.
3.4.
Kolam Penampungan Induk
Tempat
penampungan induk jantan yang sedang cuti ini bias menggunakan bak seluas 2 m x
3 m dengan kedalaman kolam satu meter,
Sebelum induk belut dipindahkan sebaiknya dasar kolam diberi Lumpur
sawah dan bahan organics seperti perlakuan tersebut di atas.
Agar belut tidak menggali sarang,di
dasar kolam dibenamkan bungbung bamboo berdiameter 10 cm sepanjang 40 cm,dan di
pasang dengan posisi miring. Ujung
bamboo sebaiknya muncul sedikit saja di permukaan Lumpur. Jumlah bumbung disediakan seauai dengan
jumlah induk belut yang di ungsikan.
Setelah kolam penampung di
airi,taruh di permukaan air cincangan batang pisang sampai tertutup sama
sekali. Guna cincangan gedebog
pisang,untuk menciptkan suasana busuk,setelah gedebog pisang mengalami proses
pembusukan. Bau busuk ini akan menarik
serangga untuk menaruh telurnya. Setelah
telur menetas larvanya bias dijadikan sumber pakan alami bagi belut.
Setiap gedebog pisang yang
tenggelam,tempatnya harus diisi dengan gedebog pisang yang baru. Biasanya pergantian gedebog pisang setiap I5
hari sekali. Dengan demikian permukaan air
selalu tertutup,lebih bagus lagi kalau setiap saat kolam di beri bekicot atau
siput,cacing tanah,atau bangkai binatang guna manambah konsumsi induk belut
yang disimpan. Hitung-hitung pemberian
itu sebagai pakan tambahan.
Kolam pinduk Cuma bias menyimpan 6
ekor induk setiap 1 m2 luas kolam.
Induk-induk tersebut sebaiknya berupa induk-induk betina saja. Dari induk betina ini diharapkan nantinya
akan menjadi induk pejantan dalam msim perkawinan yang akan dating setelah
berubah kelamin.
Induk jantan setelah mengasuh
anaknya (belut kawak) tak perlu di simpan lagi guna perkawinan berikutnya,sebab
sudah tidak potensi digunakan lagi.
Penyimpanan induk di kolam
penampungan Cuma bersipat sementara,di mana induk sedang di istirahatkan untuk
tidak dikawinkan. Penyimpanan dilakukan
kalau kemarau sedang berlangsung,karena air mongering dimana-mana
3.5.
Mendederkan Benih Belut
Sebelum benih belut dipelihara sebagai ikan konsumsi,sebaiknya
perlu dibesarkan atau di dederkan terlebih dahulu. Untuk membesarkan benih ini diperlukan kolam
yang lebih luas,cukup persediaan pakan alami,dan sehat lingkunga. Itu semua guna menunjang pertumbuhannya.
Untuk pendederan benih belut di
perlukan kolam seluas 10 m x 10 m yang dipersiapkan seperti kolam penyimpanan
induk,yaitu dengan mengadakan tumpukan bahan organics di dasarnya yangmeliputi
15% dari seluruh luas kolam. Adapun cara
membuatnya sebagai berikut :
-
Langkah pertama,buatlah lapisan
dari sekam padi dan dedak kasar dengan perbandingan yangsama (1 : 1),setelah
lapisan di padatkan,timbuni dengan pupuk kandang yang kering setebal 10 cm.
-
Selanjutnya diatas lapisan pupuk
kandang diberi timbunan sekam padi dicampur dedak kasar setebal 10 cm.
-
Lapisan tersebut kemudian
ditimbuni lagi dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering.
-
Tutup bahan organics ini dengan
anyaman bamboo kasar yang keempat sudutnya ditindihi batu. Dengan cara demikian tumpukan tidak akan
berantakan.
Setelah tumpukan bahan-bahan organics selesai dibuat dengan
tebal keseluruhan sekitar 30 cm,barulah air di alirkan kedalam koalm secara per
lahan-lahan. Pengaliran air sebaiknya
melalui pipa penyaring yang kedap agar tidak kemasukan ikan buas pemangsa benih
ika. Setelah ketinggian air mencapai
ketinggian 50 cm,pemasukan air dihentikan.
Jumlah benih yang bias ditebar dalam kolam pembesaran ini
adalah 500 ekor (ukuran 1 cm) per m2.
Jadi untuk kolam seluas 100 m2 bisa ditebar benih belut sebanyak 50.000
ekor.
Masa pemeliharaan benih belut tidak boleh lebih dari dua bulan,karena kolam harus dibongkar
dan di perbaharui lagibahan-bahan
organics nya. Hasil yang bias dipungut
adalah belut ber ukuran 5 – 8 cm,jadi untuk memperoleh belut konsumsi berukuran
30 cm keatas,masih memerlukan pemeliharaan lebih lanjut.
3.6. Pembesaran
Belut
Belut
bias diusahakan di berbagai perairan (sawah,rawa,sungai,dan kolam), di comberan
yang kotor pun belut bias juga diusahakanpemeliharaannya,walau kadar oksigen
nya sedikit sekali. Hal ini di sebabkan
belut mempunyai alat pernapsan tambahan sehingga bias mengisap zat asam
langsung dariudara.
Anak belut ber umur 5 – 8 cm belum
layak di konsumsi. Untuk menjadi ikan
konsumsi yang di sukai,diperlukan pemeliharaan kurang lebih 4 bulan lagi. Masa pemeliharaan nya berlangsung dua
tahap,masing masing tahap lamanya dua bulan.
1. Pembesaran
Tahap I.
Untuk pemeliharaan tahap I,bias
digunakan kolam pembesaran benih konsumsi seluas 100 m2 atau lebih,persiapannya
mirip dengan membuat kolam pembesaran
sebelumnya. Jadi diperlukan bahan-bahan
organics (sekam padi,dedak kasar,pupuk kandang,dan jerami). Jumlah belut yang dipelihara per m2 kolam
cukup 100 ekor benih ber ukuran 5 – 8 cm,untuk kolam ukuran 100m2 bisa
dipelihara belut sebanyak 10.000 ekor.
Setelah 2 bulan di pelihara,benih
akan tumbuh menjadi besar sampai sebesar 15 cm.
Belut tanggung sebesar ini sudah sulit untuk di tangkap/punut karena
sudah pandai membenamkan diri,untuk menangkapa nya diperlukan bubu (posong)
yang dipasang berkelompok atau ber
deret-deret dalam ,di pasangnya pada malam hari sebelum pengeringan.
Belut tanggung ini belum cukup besar
untuk di buat dendeng,tapi sangat pas untuk keperluan keripik belut (belut yang
digoreng garing dengan tepung)
2. Pembesaran Tahap II
Untuk memperoleh belut yang bisa
dibuat dendeng masih diperlujkan pemeliharaan lebih lanjut,yaitu pembesaran tahap
II. Untuk kegiatan ini bak
pemeliharaannya perlu diperbaiki lagi agar lebih subur dan kaya akan pakan
alami,dasar kolam perlu di masukan bahan-bahan organics seperti untuk
pemeliharaan sebelumnya. Persiapan ini
diperlukan guna menjamin pertumbuhan jasad renik sebagai sumber pakan belut
yang dipelihara.
Setelah semua persiapan diselesaikan
tahap demi tahap (penumpukan bahan organics),lalu kolam di airi sedalam 50
cmdari dasar,baru benih ditebarkan.
Kepadatan tebar untuk benih ukuran 15 cm cukup 25 ekor per meter
persegi, Untuk mempercepat pertumbuhan
belut muda ini ,bisa dibantu dengan pemberian pakan tambahan berupa,cincangan
keong mas,larva serangga,dan cacing tanah,bangkai ayam mati juga bisa di
masukan kedalam kolam tapi harus direbus dulu atau dibakar dulu. Pembakaran atau perebusan ayam mati
dimaksukan untukmenghilang kan pembawa penyakit dan memudahkan belut
memakannya.
Selain pakan tambahan hewani,juga
diperlukan pakan tambahan nabati berupa campuran dedak halus/bekatul yang
dicampur dengan konsentrat. Per meter
persegi kolam memerlukan 1 kgpakan nabati campuran tadi.
Dua bulan kemudian belut konsumsi
sudah siap dipungut,pemungutan dilakukan dengan pemasangan bubu/posong (cara
pemasangannya di kelompokan/digabung kan) pada malam hari sebelum kolam
dikeringkan, Hasilnya belut ber ukuran
25 – 30 cm,belut ininlah yang dicari konsumen local,dalam negri,maupun luar
negri.
3.7.
Hama dan Penyakit
Perihal yang sangat penting dalam
budidaya belut adlah manajemen pemeliharaan nya. Kalau manajemen baik maka gangguan hama
maupun penyakit dapat dicegah atau dihindari.
Pada umumnya gangguan penyakit yang serius tidak ada ,yang sering timbul
adalah gangguan parasit Dactylogilus
dan penyakit bakteri.
Napsu makan besar dapat memacu
pertumbuhan sidat,namun demikian ,makan berlebihan malah mengundang
penyakit,misalnya terserang penyakit insang.
Berikut ini jenis-jenis bacteri dan organisme yang menyerang insang :
- Kuman berlendir Fiedibacter columnaris. Serangan bacteri ini tidak menunjukan
tanda spesifik,kalau diamati ada benjolan putih pada kulit dan penutup
insang, Penyakit ini membuat ikan
sulit bernapas,lemah ,dan selalu
ada dipinggiran kolam. Pengobatan
tidak bisa menyembuhkan total,tapi dapat mengurangi ,obatnya : Oxolinoc
acid,Furazon,Clorapenicol,Flumeruenine,Obat alternative BKC 1 ppm atau
KMnO4 2ppm.
- bacteri Tribodina, bacteri ini
hanya menyerang satu kali dalam satu tahun. Terdapat benjolan putih pada kulit dan
tutup insang,warna darah merah gelap,serta insang tidak sempurna. Pengobatan dengan Formalin 30 ppm.
- Cacing Dacylogirus. Menyerang insang,Parast ini memiliki
empat mulut pengisap dan bagian belakang tubuhnya terdapat alat pengait
yang digunakan untuk menempel pada insang.
Insang yang ditempeli menjadi warna abu-abu gelap.Aktifitas dan
napsu makan ikan berkurang serta timbul infeksi secunder. Pengobatan menggunakan Tricohlorron 0,4 ppm.
- Bayi kerang. Kalau kolam kurang beresih,bayi kerang
dapat menempel pada insang dan
mampu bertahan selama 2 – 3 bulan.
Belut yang terserang gerakannya lambat,nafsu makan menurun dan bisa
berahir dengan kematian ikan.
Parsit dapat dilepas dengan mencelupbelut dala larutan air garam
konsentrasi 7%.
- penyakit gelembung
udara. Sering menyerang ikan yang
dipelihara pada kolam baru.
Penyebabnya,belum cukup aerasi pada air dan tanah kolam. Air kolam masih jenuh oleh gas N2 yang
bakal menyumbat insang.
Mengatasinya,berikan aerasi yang cukup dalam kolamatau pemasukan air
baru terus sampai kolam penuh baru benih sidat di tebar.
Dari semua jenis penyakit itu,yang paling sering menyerang
adalah bakteri berlendir Fiedibacter culumnaris.
Oleh : Dwi Wahyuni Yulianty, S.Tr.Pi
KEPUSTAKAAN
Andoko, Agus. “Menghitung Berternak Belut”, Peluang No.48, Tahun I,
14 Oktober 1999.
Achyar,Moh., Perikanan
Darat (Bandung – Jakarta: NV Masa Baru, 1976)
Asmawi,Suhali, Pemeliharaan ikan dalam keramba ( Jakarta :
Gramedia dan Pemerintah DKI
Jakarta,1983).
Daud,Achmad.
Belut yang gampang-gampang susah,
Trubus No 146,
Januari: 1979.
Hardjamulia, Atmadja. Budidaya perikanan,SUPM BPLPP.
Departeman Pertanian ( Jakarta).
Soeseno,Slamet, Desas desus Soal Belut dan Fakta yang
Sebenarnya, Trubus No.
127 Juli 1980.
Sarwono,B. Seri
Agrbisnis, Budidaya Belut & Sidat,
Penebar Swadaya, Cetakan Revusi,
XXIX. Jakarta 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar