BUDIDAYA MAGGOT SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF DALAM
BUDIDAYA IKAN
Harga pelet yang terus melambung bak buah simalakama bagi pembudidaya lele pada khususnya. Di satu sisi pelet menjamin ukuran konsumsi tercapai dalam waktu singkat. Di lain pihak harga yang tinggi Rp. 240.000-250.000 per 30 kg membuat keuntungan peternak berkurang jauh. Karena memang biaya pakan pelet dalam budidaya ikan lele menyerap 80% ongkos produksi.
Padahal di wilayah Kabupaten Kebumen Jawa
Tengah, Ikan Lele merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan budidaya
(perikanan darat) dimana berdasarkan data Statistic Perikanan Budidaya Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kebumen tahun
2012 untuk produksi ikan lele adalah sebesar 523.745,90 kg, mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yang
hanya 295.856 kg untuk produksi ikan lele. Sudah
bisa dibayangkan pemakaian pakan pellet selama budidaya bukan????
Keberhasilan
usaha budidaya ikan umumnya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan alami yang
sesuai dengan kualitas, kuantitas, dan ketepatan dalam pemberian.
Maggot atau larva dari lalat
black soldier fly (Hermetia illicens) merupakan salah satu alternatif
pakan yang memenuhi persyaratan sebagai sumber protein.
Maggot mengandung 41-42% protein
kasar, 14-15% abu, 4.8-5.1% kalsium, dan 0.60-0.63% fosfor dalam bentuk kering
(Bondari dan Shepard, 1987). Menurut
Purnama Sukardi larva lalat-selanjutnya disebut maggot-sangat potensial
mengurangi pemakaian pelet. ‘Substitusinya bisa mencapai 50%,’ kata dekan
Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto, Jawa
Tengah, itu. Yang istimewa maggot memiliki kadar protein tinggi sekitar 43%;
pelet 30-40%. Nah, lele tumbuh baik jika mendapat asupan protein berkadar 30%
atau lebih.
Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia.
Menurut Oliver (2004) larva lalat Black soldier dapat digunakan untuk mengkonversi limbah seperti limbah industri pertanian, peternakan, ataupun kotoran manusia.
PENGERTIAN
MAGGOT/BELATUNG
MAGGOT adalah istilah dalam
bahasa Inggris yang artinya Larva. MAGGOT merupakan organisme yang
berasal dari telur black soldier yang mengalami
metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang
kemudian berubah menjadi lalat dewasa.
Klasifikasi
maggot menurut Anonim (2010) adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Order
: Diptera
Family
: Stratiomyidae
Subfamily
: Hermetiinae
Genus
: Hermetia
Species
: H. Illucens
SIKLUS
HIDUP
Maggot mengalami beberapa tahapan selama siklus
hidupnya, yang diawali dengan telur yang dihasilkan oleh black soldier,
kemudian telur menetas menjadi larva, larva berkembang menjadi pupa, dan
akhirnya pupa menjadi black soldier dewasa.
Maggot mudah sekali dibuat dan dapat dibiakkan dengan memakai media ampas tahu yang banyak dijumpai di kehidupan masyarakat kita. Untuk menarik lalat, ampas tahu dicampur ikan kering, 8:2. Ampas tahu mudah didapat dan murah, Rp200-Rp500 per kg. Harga ikan rucah kering sekitar Rp1.500-Rp.2.500 per kg. Jadi untuk menyiapkan 1 kg media maggot hanya mengeluarkan biaya Rp. 600
Sebelum dipakai, media perlu
difermentasi selama 3-4 minggu. Setelah itu, lalat akan datang dan bertelur.
Maggot dipanen setelah sepekan. Sekilo media menghasilkan 180 gram maggot. Bila
ingin menghasilkan 1 kg maggot dibutuhkan 5,5 kg media. Nah, pakan yang dibuat
dari kombinasi maggot dan tepung ikan hanya membutuhkan biaya Rp. 5.000 per kg.
Angka itu tentunya jauh lebih murah bila dibandingkan
dengan harga pelet yang sekarang mencapai Rp 9.000 per kg bukan?????
TAHAP-TAHAP
PEMBUATAN MAGGOT :
• Timbang
ampas tahu sebanyak 8 Kg
• Timbang
tepung ikan 2 Kg
• Campur
kedua bahan dan aduk sampai merata, setelah itu masukkan kedalam drum belah.
• Biarkan
tetap terbuka dan diamkan pada tempat yang teduh
• 3-4 hari
maggot siap di panen.
MAGGOT
UMUR 3-4 HARI
Disinilah peran kita sebagai penyuluh
perikanan dalam memberikan arahan kepada masyarakat sebagai pelaku utama dengan
pemberdayaan bahan baku local yang berharga murah secara optimal, Pemanfaatan
Teknologi Tepat Guna (PTT) dalam memberikan solusi/alternative pemecahan
masalah pelaku utama serta modernisasi dalam arti luas dalam berbudidaya ikan,
karena memang seorang penyuluh harus mampu mendampingi, menyuluhkan hal-hal
teknis dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi pelaku
utama. Dan jika penyuluh perikanan jeli pasti akan mampu melihat dan menangkap
peluang bsnis yang ada di depan matanya, ya salah satunya budidaya maggot
sebagai alternative pakan ikan ditengah-tengah “galaunya” para pembudidaya ikan lele dengan harga pakan pellet
yang mencekik leher. Dengan melihat nilai-nilai ekonomis dari komoditas yang
ada pada wilayah binaannya, seorang penyuluh perikanan akan mampu menjadi
“harimau yang garang dan tangguh” dimana
bila ada mangsa yang lewat langsung diterkam. Artinya penyuluh perikanan yang
modern adalah yang selalu mampu menangkap peluang-peluang yang ada di depan
matanya untuk mampu menghasilkan koin-koin emas tentunya.
Karena memang seorang penyuluh perikanan harus
mampu menjadi agen perubahan di masyarakat. Masyarakat yang tadinya tidak tahu
menjadi tahu dan yang tidak mau menjadi mau berusaha di sector kelautan dan
perikanan. selain itu seorang penyuluh perikanan harus mampu juga melakukan
transformasi teknologi, social dan
ekonomi di masyarakat.
Apakah kita mampu menjadi Penyuluh Perikanan
kebanggaan masyarakat???? Hanya kita sendiri yang mampu menjawabnya, Wallohu Alam…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar